Blitar menyimpan sejarah panjang sebagai tanah para raja, atau dalam bahasa Jawa Kuno disebut Bhumi Laya Ika Tantra Adi Raja.
Julukan ini merujuk pada fakta sejarah yang terekam dalam candi, situs makam, dan tradisi lisan masyarakat.
Asal Julukan Bhumi Laya Ika Tantra Adi Raja
Frasa ini berarti “Bumi persemayaman para raja agung”. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh budayawan Blitar, Bambang In Mardiono (Mbah Gudel), sekitar 15 tahun lalu. Sejak itu, istilah ini menjadi identitas kultural Blitar, menegaskan bahwa kota ini adalah tempat bersemayamnya para tokoh besar, dari zaman kerajaan hingga masa republik.
Deretan Raja dan Tokoh yang Dimakamkan di Blitar
1. Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana)
Pendiri Kerajaan Majapahit ini dimakamkan di Candi Simping, Kelurahan Sumberjati, Kecamatan Kademangan. Dalam naskah Nagarakretagama, disebutkan bahwa beliau didarmakan di sini, menjadikan Candi Simping salah satu situs paling penting dalam sejarah Majapahit.
2. Anusapati
Raja kedua Singhasari ini dimakamkan di Candi Sawentar, Kecamatan Kanigoro. Ia adalah putra Ken Dedes yang naik takhta setelah wafatnya Ken Arok.
3. Wisnuwardhana (Ranggawuni)
Raja ketiga Singhasari ini didarmakan di Candi Mleri (atau Waleri) yang berada di wilayah Blitar. Di sini, ia digambarkan dalam perwujudan sebagai Dewa Siwa.
4. Ken Arok
Pendiri Kerajaan Singhasari ini terkenal sebagai tokoh legendaris penuh intrik. Lokasi makamnya masih menjadi misteri, namun banyak ahli sejarah seperti Prof. Agus Aris Munandar memperkuat dugaan bahwa Candi Kalicilik di Blitar adalah tempat perabuan Ken Arok. Situs ini memiliki perpaduan unsur Hindu dan Buddha, sesuai tradisi pada masa itu.
5. Bung Karno (Ir. Soekarno)
Presiden pertama Republik Indonesia dimakamkan di Kompleks Makam Bung Karno, Bendogerit, Kota Blitar. Lokasi ini juga menjadi makam kedua orang tuanya. Setiap tahun, ribuan peziarah datang untuk berdoa, berziarah, dan mengenang perjuangan Sang Proklamator.
6. Ariyo Blitar (Adipati Aryo Blitar)
Tokoh bangsawan keturunan Majapahit ini dianggap sebagai pembuka wilayah Blitar pada abad ke-15. Makamnya terletak di Jalan Pamungkur, Sukorejo, Kota Blitar.
7. Para Bupati Blitar
Di kompleks Makam Pangeranan, Gebang, Kota Blitar, bersemayam KPH Warsokoesoemo (Bupati Blitar ke-2) dan KPH Sosrohadinegoro (Bupati ke-3), tokoh-tokoh penting dalam sejarah pemerintahan lokal.
Selain itu, Blitar juga menjadi tempat peristirahatan Ratu Mas Blitar dari Keraton Mataram Islam di kompleks makam Nitikan.
Jejak Sejarah, Mitos, dan Spiritualitas
Blitar menjadi unik karena memadukan jejak sejarah kerajaan, makam tokoh nasional, serta mitos-mitos yang hidup di tengah masyarakat. Candi-candi di Blitar bukan hanya artefak arkeologi, tetapi juga pusat spiritual yang diyakini masyarakat sebagai penghubung masa lalu dan masa kini.
Bagi wisatawan sejarah, berkunjung ke Blitar berarti menyusuri jalur ziarah dari era Singhasari, Majapahit, hingga Republik Indonesia. Bagi masyarakat lokal, Blitar adalah simbol kebanggaan—tempat di mana para raja dan pemimpin besar dimakamkan.
***
Julukan Tanah Para Raja untuk Blitar lahir dari sejarah panjang dan bukti nyata berupa makam para tokoh besar. Dari Ken Arok hingga Bung Karno, Blitar menjadi saksi perjalanan kepemimpinan Nusantara. Istilah Bhumi Laya Ika Tantra Adi Raja yang dicetuskan Mbah Gudel kini bukan hanya simbol, tetapi identitas yang terus hidup dan menginspirasi generasi.
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini