Waktu mendekati pukul 23.00 dan perut kami terserang lapar. Dari Masjid Attaqwa, kami berjalan ke arah barat, terhenti di depan lesehan sederhana bertuliskan: Soto Krimpying Graha Patria.
Sebuah tempat makan dengan tikar sebagai alas duduknya, memanfaatkan bahu jalan/trotoar, tepat di depan gedung Graha Patria yang sedang direnovasi.
Menu yang disajikan adalah Soto Daging Sapi khas Madura. Sebelum meracik, Penjual akan bertanya: pakai nasi apa kupat? Pedas atau sumer?
Tak berapa lama kemudian soto hangat tersaji pada sebuah mangkok putih, aromanya sedap. Kami memesan 4 porsi, dua pakai nasi dan dua pakai kupat/lontong. Minumnya 3 gelas jeruk hangat dan 1 gelas es jeruk.
Kuah sotonya kental, dagingnya empuk lumer, bumbu rempahnya meresap di lidah. Ada parutan kelapa sangrai, mungkin pengganti bawang merah atau memang ini ciri khasnya.
Dinamakan Soto Krimpying karena ada histori tersendiri. Dulu soto ini dijual keliling, dan sebagai penandanya adalah suara "Krimpying" dari lonceng atau tutup botol kecap yang telah dimodifikasi menjadi alat pemanggil.
Krimpying ... krimpying...
Lokasi Soto Krimpying di Jalan Cokroaminoto, dari alun-alun Kota Blitar ke arah timur sekitar 300 meter, melewat 3 kali perempatan. Berada di pojok, utara jalan.
Di sekitarnya banyak kafe dan tempat kuliner, sebelahnya juga ada warung tenda (lalapan). Lokasinya memang berada di salah satu titik ramai Kota Blitar.
Sayang kami tak sempat bertanya berapa harga satu porsinya? Namun total semuanya tadi, plus satu bungkus kerupuk hanya Rp62.000,-
Harga per porsinya mungkin hanya Rp10.000 dan jeruk hangatnya Rp5000, plus satu bungkus kerupuk Rp2000.
Malam itu kami beruntung karena warung masih buka, menikmati hidangan nikmat sambil cari angin malam di Kota Blitar.
Siapapun yang sedang berlibur di Blitar mungkin bisa mencicipinya. Kuliner malam trotoar dengan racikan khas yang nikmat dan memanja lidah.
15 Desember 2023
Ahmad Fahrizal Aziz
Comments
Post a Comment
Tinggalkan jejak komentar di sini