Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Perjalanan Naik Motor dari Blitar Ke Yogyakarta


Tiket kereta api yang sudah terpesan akhirnya ku-refund karena seorang teman mengajakku naik motor menuju Yogyakarta (Jogja).


Jarak Blitar-Jogja sebenarnya (hanya) kurang lebih 300 km, dan estimasi ditempuh dalam 6-7 jam dengan 3 kali istirahat. Sebab tak mungkin motoran non stop.


Aku menyanggupi ajakan tersebut karena naik motor Blitar-Jogja adalah momentum langka. Kalau naik Kereta Api sudah biasa, dan hampir selalu.


Kali ini perjalanan ke Jogja dilakukan dengan Honda Beat yang telah lunas kukredit selama 36 bulan. Ini tantangan tersendiri sebab Honda Beat berpostur kecil dan kurang cocok untuk perjalanan jauh dengan medan naik-turun.


Sebelum berangkat aku datangi bengkel untuk full service, memastikan jika komponennya "sehat" untuk perjalanan ratusan kilometer.


Kami berangkat lewat rute Blitar-Tulungagung-Trenggalek-Ponorogo-Wonogiri-Sukoharjo-Klaten-Sleman.


Pulangnya lewat rute Yogyakarta-Gunung Kidul-Wonogiri-Pacitan (nanti akan ditulis tersendiri).


Perjalanan dari Blitar ke Tulungagung masih cukup mudah, memasuki Trenggalek dan perbatasan Trenggalek-Ponorogo jalannya mulai berkelok naik turun, namun jangan khawatir sebab aspalnya sudah mulus.


Kami berhenti di warung dekat Bendungan Tugu yang belum lama ini diresmikan Presiden Jokowi. Rehat sejenak menikmati segelas Air Degan dan semangkok Bakso.



Melanjutkan perjalanan, memasuki area Ponorogo kota sekitar jam 11.00, kami berangkat dari Blitar sekitar jam 08.00. Jadi Blitar-Ponorogo sekitar 3 jam, dengan kecepatan rata-rata 60km/jam.


Setelah Ponorogo kami akan memasuki Wonogiri, di batas antar provinsi, sudah disambut dengan baliho Bambang Pacul yang nyaleg dapil Jateng 4 (Wonogiri, Sragen, Karanganyar).


Sebelumnya, di sekitar Purwantoro, mataku tertuju pada Bus Kecil angkutan umum yang masih beroperasi disini. Sejenis "Bus Kuro". Bus tersebut beroperasi antar provinsi terutama area Ponorogo-Wonogiri.


Memasuki Wonogiri, karena "lemah duwur", jalanan Wonogiri naik-turun cukup ekstrem, apalagi tidak semua aspalnya mulus, baru mulus setelah memasuki kota. Mungkin medan tersulit perjalanan Blitar-Jogja ini ada di Wonogiri.


Meski demikian, Wonogiri terasa sejuk, sangat kontras dengan suasana Ponorogo, dan hal seperti ini hanya bisa dirasakan para pengendara motor.


Kesejukan itu mulai berkurang ketika memasuki area Wonogiri kota, terasa sengatan panasnya. Kami berhenti di Pujasera/food court dekat lapangan Selogiri untuk makan siang.


Pantat terasa panas dan kaki pegal-pegal, itulah resiko naik motor, apalagi Honda Beat. Mungkin sedikit berbeda jika naik Honda Vario, CB, atau Nmax.


Setelah Wonogiri, perjalanan kami memasuki area Sukoharjo. Selanjutnya Klaten. Tak ada medan sulit di area ini, hanya butuh kesabaran hingga memasuki jalan besar Klaten-Sleman hingga pertigaan Candi Prambanan.


Kiri jalan ada Masjid besar. Biasanya rombongan Bus karyawisata dari Jawa Timur menuju Jogja berhenti di Masjid ini untuk shalat subuh. Masjid Raya Al Muttaqun.


***



Rute berikutnya Sleman-Kota Gede sudah santai, jalannya lebar dan bagus, hanya volume kendaraan yang bertambah, khas kota-kota besar.


Kami mampir di Masjid Gede Kauman untuk Shalat Dhuhur+Ashar (Jama' Qashar). Sebelum menuju penginapan di Mantrijeron, kami mengitari area Malioboro yang mainstream tersebut. 


Kami tiba di Jogja sekitar jam 14.30. Berarti sekitar 6 jam 30 menit. Padahal prediksi google maps adalah 5 jam 30 menit. Kami terlambat 1 jam karena 3 kali berhenti untuk rehat.


Naik Motor jauh lebih capek, dibanding naik mobil apalagi naik Kereta Api. Namun bisa lebih mengamati perjalanan, bisa mblasuk-mblasuk gang kecil, dan lebih hemat.


Tabik,

Ahmad Fahrizal Aziz



Comments