Shell Jual Seluruh SPBU Meski Cetak Untung Besar, Ini Alasannya

Shell Jual Seluruh SPBU Meski Cetak Untung Besar, Ini Alasannya

Salah satu SPBU Shell. Dok/bisnis.com


Jakarta – Raksasa energi global Shell mengejutkan publik dengan keputusan menjual seluruh jaringan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)-nya di Indonesia, meski baru saja mencetak keuntungan besar secara global. 


Keputusan ini bukan semata-mata karena alasan keuangan jangka pendek, melainkan bagian dari strategi restrukturisasi dan transformasi bisnis Shell di tengah perubahan besar dalam lanskap energi dunia.


Keputusan Shell ini diumumkan secara resmi pada 2024 ketika perusahaan memutuskan untuk menjual seluruh unit bisnis ritel SPBU-nya di Indonesia kepada PT Pertamina Patra Niaga, anak usaha Pertamina yang bergerak di sektor niaga dan distribusi BBM. 

Aksi korporasi serupa juga dilakukan Shell di beberapa negara lain. Langkah ini memunculkan banyak spekulasi, termasuk dugaan bahwa Shell tengah hengkang dari pasar Indonesia. 

Namun, kenyataannya justru sebaliknya: Shell tetap aktif dan bahkan memperluas bisnisnya di sektor lain seperti pelumas, gas, dan energi terbarukan.

Fokus ke Bisnis Inti dan Energi Masa Depan

Salah satu alasan utama di balik keputusan ini adalah strategi Shell untuk fokus ke bisnis inti yang dinilai lebih menguntungkan dan sesuai dengan arah transformasi energi global. 

Dalam beberapa tahun terakhir, Shell secara konsisten mengalihkan investasinya ke sektor energi rendah karbon seperti gas alam cair (LNG), hidrogen, biofuel, dan proyek-proyek energi terbarukan lainnya.

“Penjualan jaringan SPBU adalah bagian dari penataan portofolio global kami. Kami ingin lebih fokus pada area bisnis yang sejalan dengan strategi jangka panjang kami, termasuk transisi energi dan target dekarbonisasi,” ujar perwakilan Shell dalam pernyataan resminya.

Bisnis ritel SPBU sendiri dinilai memiliki margin yang relatif kecil dan membutuhkan investasi operasional yang besar, mulai dari logistik, infrastruktur, hingga sumber daya manusia. 

Di tengah meningkatnya tekanan global untuk mengurangi emisi karbon dan mengembangkan energi bersih, Shell menilai bisnis SPBU tidak lagi menjadi prioritas utama.

Efisiensi dan Strategi Kemitraan

Shell juga menyadari bahwa pengelolaan jaringan SPBU secara langsung bukanlah satu-satunya cara untuk tetap eksis dalam bisnis hilir. Oleh karena itu, mereka mengembangkan model bisnis baru berbasis kemitraan atau waralaba. 

Dalam model ini, pihak ketiga mengelola SPBU dengan tetap menggunakan merek dan pasokan BBM dari Shell. Ini memungkinkan Shell tetap mendapatkan pendapatan dari penjualan BBM dan pelumas tanpa menanggung beban operasional langsung.

Model seperti ini dinilai lebih efisien dan adaptif di era perubahan cepat. Di banyak negara, Shell telah berhasil menerapkan model ini dan berfokus pada penguatan brand serta distribusi, bukan pengelolaan langsung outlet ritel.

Tekanan ESG dan Transisi Energi

Selain alasan bisnis, keputusan Shell juga dipengaruhi oleh meningkatnya tekanan dari pemegang saham dan regulator untuk memperkuat kinerja lingkungan, sosial, dan tata kelola (Environmental, Social, and Governance/ESG). 

Menjual aset-aset yang berbasis fosil seperti SPBU dipandang sebagai langkah strategis untuk menunjukkan komitmen terhadap dekarbonisasi dan keberlanjutan.

Shell sendiri telah menetapkan target ambisius untuk menjadi perusahaan energi net-zero (nol emisi bersih) pada 2050. Untuk mencapainya, perusahaan harus mengurangi ketergantungan terhadap sumber pendapatan yang berasal dari BBM berbasis fosil.

Pasar BBM Semakin Kompetitif

Di sisi lain, bisnis SPBU di Indonesia menghadapi tantangan tersendiri. Persaingan antar pemain semakin ketat dengan kehadiran banyak perusahaan baru seperti Vivo dan BP-AKR, serta dominasi pasar oleh Pertamina. 

Di tengah tekanan margin dan regulasi harga, bisnis SPBU menjadi kurang menarik bagi perusahaan multinasional seperti Shell.

Selain itu, tren mobil listrik (electric vehicle/EV) juga mulai berkembang, meskipun secara perlahan. Perubahan perilaku konsumen menuju energi yang lebih bersih menjadi sinyal bahwa investasi di sektor SPBU konvensional bisa semakin berisiko di masa depan.

Tetap Hadir di Indonesia

Meski keluar dari bisnis SPBU, Shell memastikan bahwa mereka tidak angkat kaki dari Indonesia. Perusahaan tetap menjalankan bisnisnya di sektor lain seperti pelumas, perdagangan energi, dan eksplorasi migas. 

Bahkan, Shell sedang memperluas fokusnya ke proyek-proyek energi bersih dan infrastruktur LNG di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

“Indonesia tetap menjadi pasar penting bagi Shell. Kami terus berkomitmen untuk mendukung kebutuhan energi negara ini dengan solusi yang lebih bersih dan berkelanjutan,” tutup pernyataan resmi perusahaan.

Dengan strategi ini, Shell menegaskan bahwa keuntungan besar bukan satu-satunya pertimbangan dalam menjalankan bisnis. Fokus jangka panjang, efisiensi, dan kesiapan menghadapi masa depan energi menjadi kunci utama di balik keputusan besar ini. []

0 Comments

Tinggalkan jejak komentar di sini