Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content
Slide 1

Judul Slide 1

Deskripsi Slide 1

Slide 2

Judul Slide 2

Deskripsi Slide 2

Slide 3

Judul Slide 3

Deskripsi Slide 3

Ditunjuk Jadi Dubes Amerika, Soedjatmoko Belajar Shalat





Srengenge – Ada kisah menarik ketika Soedjatmoko Mangoendiningrat ditunjuk Presiden Soeharto menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat. Soedjatmoko yang dalam riwayat politiknya dikenal sebagai “Sjahrir Boys” atau orang yang dekat dengan Sutan Sjahrir dari Partai Sosialis Indonesia, diberikan kepercayaan oleh Presiden Soeharto menjadi Duta Besar.


Posisi duta besar tentu bukan jabatan sembarangan. Presiden biasanya menunjuk duta besar karena sosok tersebut merepresentasikan diri dan pemikirannya. Namun ada hal yang unik, bahwa sebelum keberangkatan ke Amerika dalam rangka menjalankan tugas sebagai duta besar, ia mendatangi kediaman Rosihan Anwar untuk belajar Shalat.

Pada buku “Sejarah Kecil Petitie Histoire Indonesia” Jilid 4 halaman 26-31, Rosihan menceritakan perihal keinginan Soedjatmoko untuk belajar shalat. Meski Soedjatmoko adalah Intelektual didikan barat, dan menjadi Muslim sejak lahir, namun hidupnya tidak pernah lepas dari mistik Jawa. Bahkan dalam posisinya sebagai akademisi, ia masih mempercayai klenik Jawa, termasuk ramalan jatuhnya rezim Soekarno yang dinisbahkan dengan jatuhnya keris Soekarno di lantai pualam.

Menurutnya, sebagai duta besar dari negara mayoritas Muslim yang bertugas di negara minoritas Muslim, ia harus menunjukkan diri sebagai seorang Muslim yang taat. Apalagi, setiap tahunnya di KBRI menggelar dua kali shalat Id berjamaah khusus warga Indonesia yang bermukim di Amerika. Permintaan Soedjatmoko pun dipenuhi oleh Rosihan Anwar, sehingga digelarlah Short Course tata cara Shalat.


Setelah kursus singkat tersebut, Rosihan pun memberikan beberapa kaset tuntunan shalat untuk kemudian dipelajari sendiri. Meski demikian Rosihan tidak yakin apakah Soedjatmoko akan terus menjalankan shalat lima waktu, atau hanya pada saat digelar Shalat Id saja. Baru ia menemukan jawabannya, ketika di tahun 1980 mereka satu rombongan Haji. Disana nampak Soedjatmoko telah menjelma sebagai Muslim yang shaleh.

Bahkan sekembalinya ke Indonesia, ketika ia kemudian menjadi pejabat Bappenas, setiap Jum’at, Soedjatmoko sering mampir ke rumah Rosihan Anwar yang tak jauh dari kantornya untuk mengajak shalat Jum’at bersama. Rosihan pun menyebut bahwa Soedjatmoko telah menjelma menjadi practicing Moeslim yang taat menjalankan ibadah. (red.s)

Ditulis oleh Redaksi Srengenge

Comments