![]() |
Kopi nangka dengan buah yang lebih besar. |
Begitulah kesan pertama para pecinta kopi ketika mencicipi kopi nangka dari Blitar.
Dalam dunia kopi Indonesia yang didominasi oleh arabika dan robusta, keberadaan kopi nangka—yang secara ilmiah dikenal sebagai Coffea liberica—ibarat permata tersembunyi.
Ia tumbuh diam-diam di pekarangan rumah warga, kebun kecil, dan lahan marginal di wilayah seperti Gandusari, Srengat, hingga Kanigoro.
Meski langka dan kurang dikenal, kopi nangka membawa jejak sejarah panjang dan rasa yang tak tertandingi.
Asal Usul dan Sejarah Kopi Liberika
Kopi Liberika pertama kali masuk ke Indonesia sekitar tahun 1870-an. Belanda membawanya sebagai alternatif menyelamatkan industri kopi dari wabah karat daun (Hemileia vastatrix) yang menghancurkan perkebunan arabika di bawah 1.000 meter di atas permukaan laut.
Namun, karena bentuk pohon yang sangat tinggi dan produktivitas yang rendah, jenis ini tidak banyak dikembangkan secara massal. Sebagian kecil bertahan di Sumatera, Kalimantan, dan ternyata, juga di Blitar.
Nama kopi nangka sendiri berasal dari aroma khas buah nangka yang tercium saat biji kopi disangrai dan diseduh.
Di berbagai daerah, kopi ini juga dikenal sebagai kopi nongko, kopi azizah, atau kopi buryah—nama-nama yang mempertegas keunikan rasanya.
Menemukan Jejak Kopi Nangka di Blitar
![]() |
Pohon kopi nangka juga tinggi menjulang, berbeda dengan pohon kopi arabika dan robusta |
Siapa sangka, di balik deretan rumah dan ladang warga Blitar, berdiri pohon-pohon kopi langka yang tingginya bisa menyamai pohon jati.
Peneliti dari Puslitkoka menyebut pohon ini sebagai varietas Liberika, yang tumbuh alami tanpa banyak intervensi manusia.
Banyak petani bahkan tidak tahu bahwa pohon kopi di halaman mereka adalah jenis langka beraroma nangka yang hanya sedikit ditemukan di Indonesia.
Keberadaan kopi nangka di Blitar ini kemungkinan besar hasil persebaran lama saat Belanda memperkenalkan berbagai varietas kopi ke daerah-daerah tropis.
Meski tidak menjadi komoditas utama, ia bertahan karena kekuatannya menyesuaikan diri dengan iklim tropis dan tanah setempat.
Ciri Khas Kopi Nangka, Dari Biji Hingga Aroma
Bentuk dan Ukuran
Kopi Liberika memiliki biji yang besar dan lonjong, bahkan dua kali lipat ukuran arabika. Bentuknya menyerupai biji kurma atau biji nangka, menjadikannya mudah dikenali. Daun pohonnya pun bisa selebar 30 cm dengan tinggi pohon mencapai 20 meter.
Aroma dan Rasa
Aroma buah nangka adalah ciri paling khas dari kopi ini. Saat diseduh, wangi nangka yang semerbak bercampur dengan sentuhan smoky dan nutty.
Rasanya lebih pahit, cenderung earthy dan kompleks. Aftertaste-nya panjang, kadang menghadirkan kejutan rasa yang sulit ditebak: dari rempah, kayu, hingga bunga kering.
Kemampuan Adaptasi
Berbeda dari arabika yang membutuhkan dataran tinggi dan suhu dingin, Liberika tumbuh baik di dataran rendah—antara 0–900 mdpl—dengan suhu hangat 21–30°C dan curah hujan tinggi. Inilah yang membuat Blitar menjadi ladang potensial pertumbuhan kopi ini.
Tahan Terhadap Penyakit
Liberika dikenal tahan terhadap penyakit, terutama karat daun dan jamur akar, membuatnya unggul di wilayah tropis lembap seperti Indonesia. Tanaman ini juga bisa hidup di lahan gambut, tanah asam, hingga tanah marginal yang tidak cocok untuk arabika.
Liberika vs Arabika vs Robusta
Jenis Kopi | Aroma | Rasa | Keasaman | Pahit | Aftertaste |
---|---|---|---|---|---|
Arabika | Floral, buah | Halus, kompleks | Tinggi | Rendah | Ringan & panjang |
Robusta | Kayu, cokelat, pahit | Kuat, kasar | Rendah | Tinggi | Singkat & tajam |
Liberika | Nangka, smoky, nutty | Kompleks, berat | Sangat rendah | Tinggi | Unik & berubah-ubah |
Liberika memiliki tempat tersendiri. Bukan untuk semua lidah, tapi sangat dicari oleh mereka yang ingin pengalaman rasa yang berbeda dan eksotis.
Jika arabika cocok untuk penggemar rasa floral dan lembut, dan robusta untuk yang suka pahit kuat, maka Liberika adalah petualangan rasa yang tak bisa ditebak.
Kenapa Kopi Nangka Bisa Tumbuh di Blitar?
Beberapa faktor menjelaskan keberhasilan pohon kopi nangka di Blitar:
- Tanah Tropis Subur: Blitar memiliki tanah yang cocok, meskipun bukan dataran tinggi. Kopi Liberika justru menyukai tanah datar dan tidak rewel soal kesuburan.
- Iklim Hangat dan Basah: Blitar memiliki iklim tropis basah, curah hujan cukup, dan suhu ideal sepanjang tahun—semua ini mendukung pertumbuhan kopi nangka.
- Lahan Pekarangan: Banyak warga menanam pohon ini secara tidak sengaja atau sebagai warisan, dan tanaman tersebut bertahan puluhan tahun karena tahan penyakit.
- Warisan Lama: Bisa jadi, pohon-pohon ini sudah ada sejak era kolonial. Meski tidak dibudidayakan secara besar-besaran, mereka tetap tumbuh, dirawat secara alami oleh pemilik lahan.
Potensi Ekonomi Kopi Nangka Blitar
Di tengah tren kopi specialty dan third wave coffee, kopi nangka memiliki nilai jual tinggi. Banyak kafe dan roaster luar negeri mulai melirik kopi langka ini.
Di Jambi dan Meranti, kopi Liberika bahkan diekspor ke Malaysia dan Singapura. Blitar bisa menempuh jalan serupa.
Namun, produksi masih sangat terbatas. Pohon yang tinggi menyulitkan panen, dan pengolahan dilakukan manual.
Tapi justru ini menjadikan kualitas biji terjaga. Bila digarap serius, kopi nangka bisa menjadi identitas baru Blitar dalam peta kopi Indonesia.
Tantangan Budidaya dan Pelestarian
Liberika punya banyak kelebihan, tapi juga tantangan besar:
- Populasi rendah: Hanya sekitar 1% dari seluruh produksi kopi dunia. Ini membuatnya rawan punah.
- Tinggi pohon menyulitkan panen: Tidak bisa dipanen mesin, hanya bisa dipetik manual.
- Kurang dikenal pasar lokal: Banyak orang belum mengenal kopi nangka. Rasa dan aroma yang unik kadang dianggap “aneh”.
- Belum ada branding kuat: Blitar belum menjadikan kopi nangka sebagai produk unggulan seperti robusta.
Perlu peran aktif pemerintah daerah, komunitas kopi, dan UMKM untuk mempromosikan dan membudidayakan kopi ini secara serius.
Cara Menikmati Kopi Nangka
Untuk penikmat kopi sejati, kopi nangka sebaiknya dinikmati tanpa gula, diseduh manual dengan metode V60 atau pour over untuk menangkap aroma nangka yang muncul di suhu 80–90°C.
Beberapa menyukai tambahan susu atau krimer untuk menyeimbangkan rasa pahitnya, tapi tetap, aroma nangkanya yang menang.
Jika kamu seorang pencari rasa baru dalam dunia kopi, kopi nangka dari Blitar adalah destinasi rasa yang wajib dicoba.
Kopi nangka Blitar adalah bagian dari mozaik kekayaan kopi Nusantara. Ia tidak hanya menawarkan rasa dan aroma yang eksotis, tetapi juga menyimpan kisah sejarah dan potensi ekonomi yang besar.
Dengan karakter kuat, daya tahan tinggi, dan keunikan rasa, kopi Liberika dari Blitar layak menjadi kebanggaan lokal dan perhatian nasional.
Pelestarian dan promosi kopi ini adalah tugas bersama—karena menyelamatkan kopi nangka berarti menjaga keberagaman rasa Indonesia.
Referensi
📌 Liberica, Kopi Langka di Blitar
📌 Mengenal Kopi Liberika: Kompasiana
📌 CNBC: Keunggulan Liberika
📌 Budidaya Liberika
📌 Wikipedia: Kopi Liberika
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini