Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Bincang Buku, dari Amerika Kurindukan Ka'bah


Sabtu, 7 September 2019

Buku berjudul Dari Amerika Kurindukan Ka'bah, adalah sebuah catatan reflektif dari Intelektual Indonesia Pradana Boy ZTF. Buku itu menuliskan pengalamannya mengunjungi 7 negara bagian, 17 kota, dan 7 Universitas di Amerika Serikat.

Dengan bahasa yang renyah nan mengalir, Pradana menuangkan apa yang ditemuinya selama mengikuti Study of the U.S. Institute yang diadakan U.S Department of State/Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

Buku itu dibedah pertama kali di Gazebo Literasi Malang (6/9), dan saya berkesempatan hadir malam itu, sekaligus mengunjungi kota dingin yang pernah selama tujuh tahun saya tinggali tersebut.

"Berawal dari undangan makan malam oleh Konjen Amerika Serikat di Surabaya, lalu saya diundang untuk mendaftar program ini. Jadi untuk mengikuti program ini harus diundang untuk mendaftar," Jelasnya, mengawali bincang buku.

Buku tersebut berisi 18 catatan yang bisa dibaca secara acak, tidak harus urut dari nomor 1 dan seterusnya. Sementara judulnya sendiri diambil dari catatan nomor 2.

"Awalnya berjudul Kiblat Refleks, jadi waktu tiba di sana, saat sholat secara refleks saya menghadap ke barat. Baru pada rakaat kedua saya ingat, kalau saya sedang di Amerika," Tuturnya.

Jika dari Amerika Serikat, kiblat yang paling dekat tentu menghadap ke timur. Namun karena kebiasaan di Indonesia, kiblat menghadap ke barat dan agak bergeser ke utara.

Selain cerita tentang kegiatan tersebut, Pradana Boy juga menceritakan pengalaman lainnya di luar agenda resmi, seperti menemui Imam Shamsi Ali di Masjid New York, berbincang tentang agama dengan peserta dari Laos, Thailand, dan Kamboja, hingga ajakan untuk ikut pesta musim panas dengan minum bir dan anggur.


Saya pun bertanya tentang kampus-kampus besar di sana, yang sepertinya menyebar di berbagai pelosok negara bagian, termasuk di kota Amherst.

"Bedanya dengan Indonesia, jika ada istilah State university, semuanya dibiayai pemerintah pusat. Di U.S, state university itu dibiayai negara bagian, bukan negara federal. Uniknya, di sana negara bagian bisa memiliki aturan yang berbeda dengan pemerintah federal," Jawabnya.

Di Amerika Serikat ada 50 negara bagian, di bawah negara federal. Presiden negara federal saat ini adalah Donald Trump.

Saya pun juga bertanya tentang Ibukota Amerika Serikat, Washington D.C, yang sepertinya kalah pamor dengan New York.

"Washington D.C itu adalah kota pemerintahan, sementara New York itu kota mode, atau kota perekonomian. Di sana dua peran itu memang dibagi. Namun ternyata New York tidak sebagus yang kita bayangkan. MRT di sana masih kalah dengan MRT di Singapore yang lebih bersih dan tertib," Jelas dosen UMM yang kini mejabat asisten staf Presiden tersebut.

Lantas apa hubungan kunjungan itu dengan Ka'bah? Ternyata itulah kegelisahan pribadi penulisnya, ketika banyak negara di pelbagai benua sudah dikunjungi, mulai dari Australia, Eropa, dan Amerika. Namun justru belum pernah berkunjung ke Makkah, kota impian seluruh umat Islam di dunia.

"Selama ini hanya lewat saja. Misalnya saat penerbangan ke Eropa, saya pernah ke Belanda, Belgia, Austria, dan selama itu hanya melewati Arab Saudi," Ungkapnya.

Ada banyak hal menarik lainnya dalam buku yang diterbitkan Bhuana Ilmu Populer (BIP) tersebut, yang bisa didapatkan di toko buku Gramedia.


Sayang, pada bagian akhir tidak sempat ditambahkan, bahwa beberapa bulan selepas acara di Amerika Serikat itu, penulis akhirnya menuntaskan keinginannya mengunjungi Ka'bah lewat perjalanan Umroh. []

Retrorika Cafe & Resto
Ahmad Fahrizal Aziz

loading...
Blogger dan Aktivis Literasi

Comments