pinterpolitik |
SRENGENGE.ID - Keputusannya untuk menjadi penasehat hukum pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin pada pilpres 2019, diakui Yusril menimbulkan beberapa reaksi dari kader PBB, terutama di daerah. Yusril pun menjawab dengan memberikan gambaran sejarah sebagaimana yang dialami Mr. Kasman Singodimedjo.
Menurutnya, gejolak itu justru datang dari kader-kader baru PBB, bukan kader yang sudah berkiprah selama belasan tahun. Ada yang menyebut dirinya sudah melakukan penghianatan, tak berjiwa Masyumi, bahkan perlu diganti melalui munaslub.
"Padahal istilah munaslub itu tidak ada di AD/ART PBB, sehingga kita perlu jelaskan lah, dan setelah kita jelaskan, setelah tiga hari terjadi gonjang ganjing, mereka mulai memahami," Kata Yusril.
Menurut Ketua umum PBB tersebut, dalam politik ada langkah taktis dan langkah strategis. Tidak bisa hanya saling membenturkan dua pihak yang sedang berkompetisi. Sehingga partai harus memilih langkah strategis, sebagaimana yang dulu dilakukan Kasman Singodimedjo.
"Tahun 1947 dibentuk kabinet Amir Sjarifuddin. Amir itu orang murtad, keluar dari Islam dan memeluk agama Kristen, dan dia komunis. Amir itu kemudian terbunuh pada peristiwa madiun 1948. Masyumi kala itu pikir-pikir ini bagaimana ya? Masuk atau tidak ke kabinet Amir ini?" Jelasnya.
Namun Mr. Kasman Singodimedjo mewakili Masyumi masuk ke dalam kabinet Amir Sjaridudin dan menjadi menteri kehakiman. Saat itu suasana sedang genting karena ada agresi militer 1 oleh Belanda seusai perjanjian linggarjati.
"Kasman Singodimedjo masuk ke dalam kabinet Amir Sjarifuddin agar Amir tidak menandatangani perjanjian renville," Jelasnya.
Isi perjanjian Renville memang banyak ditentang oleh berbagai pihak, antara lain dari Masyumi dan PNI. Meski pada akhirnya tetap disetujui kedua belah pihak pada tanggal 17 Januari 1948. Amir Sjarifuddin, selaku perdana menteri, adalah pihak yang mewakili RI dalam perundingan di atas geladak kapal itu.
Perjanjian Renville disebut sangat merugikan Indonesia dan dianggap sebagai upaya Belanda memblokade ekonomi Indonesia. Karena kerasnya pertentangan dari publik atas penyepakatan perjanjian Renville tersebut, 6 hari pasca kesepakatan itu dibuat, Amir Sjarifuddin mundur sebagai perdana menteri. (Red.s)
Sumber :
Wawancara Yusril Ihza Mahendra bersama Bayu Sutiono pada acara Sapa Indonesia Pagi - KompasTv.
Comments
Post a Comment
Tinggalkan jejak komentar di sini