Rasanya lebih tepat menyebut FLP Blitar sebagai komunitas literasi, ketimbang komunitas kepenulisan. Meskipun keduanya tidak terlalu memiliki perbedaan yang signifikan.
Secara sederhana, literasi itu mencakup dua hal saja, yaitu membaca dan menulis. Komunitas literasi, berarti memfokuskan program dan kegiatan dalam rangka menyemarakkan tradisi membaca dan menulis.
Kalaupun hanya menggunakan nama komunitas kepenulisan, toh juga tidak akan jauh-jauh dari kegiatan membaca. Sebab membaca dan menulis, adalah dua hal yang sulit dipisahkan.
Lagipula, tidak semua yang bergabung dengan FLP Blitar, siap untuk menulis. Tapi seiring waktu, menulis adalah tujuan utamanya. Artinya tidak komplit, jika gabung ke FLP Blitar tapi tidak menulis.
Memang ada yang berkata, gabung ke FLP Blitar tidak harus menulis. Mungkin bisa fokus untuk mengurus administrasi. Tapi bukan berarti menulis ditinggalkan begitu saja, tetap harus diupayakan.
Seperti orang ikut perguruan pencak silat, untuk apa kalau tidak belajar silat? Soal administrasi, keorganisasian itu bisa berjalan seiring, namun bukan tujuan utama.
Meskipun, FLP sendiri bergerak pada tiga ranah : kepenulisan, keIslaman, dan Keorganisasian. Belakangan, kepenulisan pun berganti kekaryaan. Artinya bisa lebih luas, tidak hanya tulisan, bisa karya lain yang masih berhubungan, seperti film dan media kreatif lain.
***
Membaca tentu sangat penting bagi proses kehidupan seseorang. Dengan membaca, maka wawasannya bertambah. Jika wawasan bertambah maka fikiran terbuka.
Dalam aspek yang lain, komunitas literasi mewadahi siapapun untuk melakukan kegiatan positif, terutama anak muda, ditengah budaya pop yang kian menakutkan.
Di era sekarang, orang yang memiliki budaya literasi begitu terlihat, terutama ketika bersosial media. Mereka yang tidak memiliki budaya baca, maka akan mudah terpengaruh dengan postingan-postingan bombastis yang kental unsur kepentingan tertentu.
Mereka akan menjadi follower, konsumen yang menjadi korban. Mereka yang memiliki budaya baca, apalagi menulis, sangat kecil kemungkinan terbawa arus demikian itu, karena mereka bisa memproduksi sendiri gagasannya, tulisannya, dan terbiasa mencerna bacaan.
Tentu dengan menggerakkan komunitas literasi, dan mengajak banyak orang untuk bergabung, bagian dari pengabdian panjang untuk menciptakan manusia yang seutuhnya, dalam arti bukan sebagai korban atau sekedar konsumen isu.
Itulah point penting kenapa literasi harus dibudayakan. []
~ A Fahrizal Aziz
Comments
Post a Comment
Tinggalkan jejak komentar di sini