Kata Pengantar Buya Hamka Dalam Buku
‘Islam Dalam Tinjauan Madilog” karya Tan Malaka
Memberi kata pengantar dari pada buku seorang pemimpin besar seperti Tan Malaka saya pandang adalah satu kehormatan besar yang ditumpahkan pada diri saya.
“Islam dalam tinjauan Madilog” telah saya baca dengan seksama dan penuh minat. Yang mula-mula sekali menjadi perhatian saya ialah pengakuan terus terang dari pada Tan Malaka bahwa sumber Islam itulah yang terutama hidup dalam hati beliau.
Seorang yang dilahirkan dalam keluarga Islam yang taat, yang di waktu kecilnya telah dimasuki jiwa pergaulan Islam, tidaklah akan berubah. Dia boleh menjalani hidup, menerawang di bawah pengalaman, penderitaan, pergaulan dan pengetahuan sejauh-jauhnya, tetapi di hari tuanya dia akan kembali kepada kandang aslinya.
Kehidupan Tan Malaka yang dididik dalam Islam dari orang tua yang taat, samalah dengan kehidupan Mohammad Hatta. Soekarno-Hatta dan Tan Malaka adalah tiga pemimpin besar yang telah bersama-sama dan berlomba-lomba memasukkan modal sebesar-besarnya dalam agama Islam. Maka meskipun berpuluh tahun bangsa Belanda mencoba memasukkan didikan materialisme dan individualism di tanah air kita pada waktu daulat penjajahannya, namun dengan sikap sekaligus dari ketiga pemimpin ini, yang menunjukkan dalam roh Islam itulah secara ideology, haruslah menjadi perhatian besar bagi pemimpin lain atau pencinta tanah air yang lain yang ingin berkhidmat bagi tanah air.
Adapun setelah membaca “Islam Dalam Tinjauan Madilog” , insyaflah saya bahwasanya di jaman modern ini untuk membela agama perlulah kita memperluas pengetahuan, di dalam ilmu-ilmu yang amat perlu diperhiatikan di jaman baru. Sosiologi, Dialektika, Logika dan lain-lain sebagainya yang berkenaan dengan masyarakat modern tidaklah boleh diabaikan kalau betul kita ingin Iman-Islam itu menguasai masyarakat jaman sekarang.
Maka seringkali saya, jika sekiranya Soekarno, Hatta dan sekarang ini Tan Malaka dapat membanding, dapat ber-ijtihad, dan Ijtihad itu kadang-kadang salah dan kadang-kadang benar, bilamana agaknya kalangan agama sendiri, didikan agama sendiri, sebagai saya dan kawan-kawan saya, akan memperdalam pula pengetahuannya kepada masyarakat yang luas itu, sehingga dapat nilai tinggi harga agamanya, disamping kenaikan paham manusia.
Diawali Quran ada tersebut La Raiba- fihi (Quran itu tidak ragu-ragu). Maka bukanlah artinya karena dipermukaan Quran sudah bertemu kata-kata “tidak ragu”, lalu Quran diletakkan dan tidak dikaji lagi, melainkan haruslah dibaca terus dan dibaca pula kitab alam yang keliling, sehingga La Raiba-fihi bukanlah bertemu di pangkal kitab tetapi di ujung kitab sebagaimana ditemui oleh pemimpin-pemimpin besar kita ini.
Dahulu dalam Islam dipelajari filsafat. Ajaran Aristoteles mempengaruhi Ibnu Rusyid, ajaran Plato menarik hati Alfarabi dan Mantik (Logika) sampai jaman akhir masih dipelajari di surau. Tetapi paling akhir kita agak terengah sedikit.
Jika orang sempat mempelajari - sebagaimana Tan Malaka mulai mempelajari - akan tahulah orang bagaimana Nabi Muhammad telah memulai usaha hidup masyarakat yang damai adil dikala permulaan Beliau menyairkan Islam. Hidup yang lebih besar dari Sosialisme, hidup Sosialiseme yang Idealisme, hidup Sosialisme yang bertali ke langit telah Beliau mulai.
Tetapi kemudian setelah kerajaan Islam tumbuh bertukar dengan feodalisme Muawiyah dan keturunan Bani Abbas akan tahulah orang bahwasanya sebagian besar perbaikan dunia yang dikehendaki hari ini telah dimulai oleh Nabi dan kita yang datang kemudia diserukan supaya meneruskan itu.
Seseorang yang telah menaklukan seluruh Arabia dan telah mengalahkan suku-suku bangsa di tanah pasir, sedang di rumahnya sendiri tidak ada kekayaan selain dari pada sebuah bangku dan sebuah gariba tempat menaruh air wudhu; seorang yang pernah meletakkan batu di perutnya karena kelaparan, padahal umatnya membagi-bagi kekayaan yang didapatnya, adalah kedudukan lebih dari pada seorang Sosialis atau seorang Komunis. Ya itulah seorang Nabi.
Yang Beliau bawa adalah pokok ajaran seisi dunia boleh menafsirkan dan melanjutkan ajaran itu. Marx pun turut menafsirkannya.
Dunia sekarang menuju perubahan. Moga-moga janganlah hanya pertentangan buruh dan majikan, memberantas materialism dengan materialism; tetapi menuju perubahan baru dengan berjiwa ke-Tuhan-an.
Dalam buku ini Tan Malaka telah turut memberikan penerangan dan penjelasan pedoman bagi para pemuda dalam Negara kita yang masih muda.
Negara yang kita harapkan menimbulkan tesis baru dalam pergolakan dunia.
Demikianlah hendaknya!
HAMKA
___________
Comments
Post a Comment
Tinggalkan jejak komentar di sini