Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Indonesia, Taste of Asia





Terpilihnya Rendang dan Nasi goreng sebagai most delicious food in the world versi CNN beberapa waktu lalu seharusnya bisa menjadi moment yang tepat untuk mengangkat khazanah kuliner di Indonesia, mengingat minimnya Branding Indonesia di dunia International. Bahkan masih kalah jauh dengan Malaysia yang sudah mengklaim diri sebagai truly Asia. Singapura pun, sebagai negara kecil, juga berhasil mem-branding dirinya sebagai negara modern dan kawasan elite. Singapura bersaing ketat dengan dua negara besar lain seperti Jepang dan Tiongkok.

Indonesia, sebenarnya memiliki potensi wisata yang bisa menjadi magnet kuat bagi wisatawan. Mulai dari kawasan pegunungan, hutan, hingga lautnya. Namun seperti yang kita ketahui, potensi alam yang besar itu banyak yang tidak terurus, serta tidak dilengkapi dengan infrastruktur yang memadahi. Raja ampat misalkan, yang begitu indah dan menakjubkan, namun akses menuju kesana masih sangat minim. Contoh lagi, misalkan Gunung Tambora yang terkenal itu, bisa menjadi magnet yang menarik bagi para pendaki gunung, baik dalam maupun luar negeri.

Hanya saja, untuk mempersiapkan infrastruktur memang tidak bisa instan. Butuh waktu yang cukup lama, mengingat secara geografis kita adalah negara kepulauan. Untuk itulah, khazanah kuliner bisa menjadi salah satu branding bagi Indonesia. Kalau Malaysia dengan sangat percaya diri menyebut dirinya sebagai Truly Asia, maka tak ada salahnya Indonesia menyebut diri sebagai Taste of Asia.

Terpilihnya Rendang sebagai most delicious food juga bukan hal yang mengejutkan, mengingat Rendang, dan secara Umum masakan Padang, termasuk salah satu masakan paling populer di Indonesia. Hampir diseluruh kota di Indonesia, ada Rumah Makan Padang. Harganya pun relatif lebih murah dibanding masakan eropa, Jepang, dan China. Sementara Nasi goreng, juga termasuk makanan khas Indonesia, yang di beberapa negara sudah memiliki nama tersendiri. Untunglah, CNN masih menuliskan “Nasi Goreng”. Itu berarti Dunia masih mengakui kalau Nasi Goreng memang berasal dari Indonesia.

Selain nasi goreng, Indonesia juga memiliki banyak makanan khas seperti Soto, Gudeg Jogja, Rawon, Bakso, Sate, Pecel, dll. Dengan kualitas Chef yang kita miliki, bukan tidak mungkin Indonesia menciptakan jenis makanan baru yang semakin menambah khazanah kuliner kita. Indonesia jelas memiliki modal besar untuk menyebut dirinya Taste of Asia. Meskipun saat ini, di Indonesia sendiri, sudah banyak berdiri restoran yang menyajikan masakan-masakan luar negeri. Namun Umumnya, masakan luar negeri itu dilirik bukan karena rasa, melainkan karena lokasinya yang mewah, nyaman, dan representatif. Sebagian yang lain karena ada gengsi budaya. Ada sebagian yang merasa jika makanan luar negeri jauh lebih elite dibanding masakan lokal.

Namun setelah Rendang dan Nasi Goreng terpilih sebagai Most Delicious food, maka stigma bahwa masakan Indonesia kalah dengan masakan negara lain tidak lagi terbukti. Untuk mewujudkan mimpi menjadikan Indonesia Taste of Asia, maka semua pihak harus turut serta. Beberapa waktu lalu, sempat mucul film berjudul Tabularasa, yang selain memiliki pesan tentang kekayaan kuliner Indonesia, juga berisi pesan persatuan. Belum lama ini, juga hadir film Filosofi kopi, yang mengangkat kembali kopi sebagai minuman khas Indonesia.

Masyarakat, yang selama ini menganggap makanan Eropa, China, dll lebih elite dari masakan Indonesia, harus mulai merubah pandangannya. Pemerintah, yang memiliki kekuasaan dan kebijakan secara instruksional, tak ada salahnya untuk mewajibkan seluruh Restoran, Rumah Makan, serta Hotel-hotel untuk menyiapkan menu masakan khas Indonesia. Pemerintah daerah, terutama yang memiliki makanan khas, bisa turut serta membuat regulasi dan kampanye untuk mewujudkan Indonesia sebagai Taste of Asia. Terutama, daerah-daerah yang memang menjadi tujuan wisata.

Belum terlambat untuk membranding diri sebagai pusat kuliner Asia. Apalagi, yang dibutuhkan hanya sedikit promosi dan regulasi. Jangan sampai hanya kurangnya promosi, kuliner Indonesia tidak bisa bersaing dengan masakan China atau Jepang yang sudah sangat terkenal dimana-mana. Jangan sampai pula, Indonesia kalah dari Thailand, yang belakangan juga mulai mempromosikan kulinernya. Tak berlebihan juga kan kalau menyebut diri Taste of Asia? Toh Malaysia saja berani menyebut diri Truly Asia. (*)

Blitar, 20 April 2015
A Fahrizal Aziz

Comments