Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Pilih Ustad Somad apa Lee Min Hoo?


Selasa, 9 Juni 2020

Sri merasa bimbang, sejak sebuah tautan ia japrikan ke saya via whatsapp. 

"Apa benar ini yang bilang Ustad Abdul Somad?" Tanyanya.

Isinya : nonton drama korea itu haram. Penontonnya kafir.

Padahal, dia penonton berat drama-drama korea, termasuk yang sekarang sedang tayang di televisi tanah air. Ia begitu ngefans Lee Min Hoo.

Namun, ia juga pendengar setia ceramah Ustad Abdul Somad.

Di sela mengurus bisnis konveksinya, ia memutar podcast atau YouTube berisi ceramah Ust. Abdul Somad. 

Kesibukan pekerjaan membuatnya jarang ikut pengajian. Sehingga, menurutnya, memutar pengajian di sela bekerja adalah suatu keberkahan tersendiri. Kerja jalan, belajar agama juga jalan.

Dia menyukai ceramah Ustad Somad karena menurutnya enak dan jenaka. Lalu bagaimana nasibnya ketika Ustad favoritnya itu mengharamkan drama korea?

Saya sendiri baru melihat dua video Ustad Somad yang mengomentari drama korea.

Video pertama, hanya merespon jamaah yang menanyakan hukum nonton drama korea. Disitu Ustad Somad menyinggung soal pertanggung jawaban kelak di akhirat, termasuk pertanggung jawaban terkait apa saja yang dilihat.

Ustad Somad berpersepsi bahwa menonton drama korea tidak memberikan suatu manfaat. Hanya mudlarat. Misalnya, para penonton jadi kepincut memiliki wajah seperti artis korea.

Maka Ustad Somad menyarankan nonton film-film dakwah, disebutnya Ketika Cinta Bertasbih, Ayat Ayat Cinta, Di Bawah Lindungan Kabah, dan sebagainya.

Namun yang jadi pertanyaan, sudahkah Ustad Somad menonton beberapa drama korea sampai menyimpulkan itu tidak berfaedah?

Video kedua, saat merespon pertanyaan jamaah, jawaban yang berbeda diberikan. Yaitu, orang korea itu kafir, tidak sunat, tidak mandi wajib, sukanya berzina.

Dilanjutkan dengan hadits soal tasyabuh, namun kata "meniru" diganti "menyukai". Sehingga sang Ustad menyebut barang siapa menyukai orang kafir maka dia kafir juga.

Itulah yang kemudian ramai ditulis dan dicuplik media bahwa penonton drama korea itu kafir. Padahal statement itu tak secara langsung. Perlu ada suatu kajian mendalam, sebab sang Ustad tampak masih ragu perihal drama korea yang dimaksud.

Ya, kita anggap saja Ustad Somad belum pernah menonton drama korea. Namun karena belum pernah menonton, seharusnya tidak memberikan suatu penghakiman, bukan?

Atau, bisa jadi sudah menonton, lalu menyimpulkan begitu. Lho, berarti menonton juga kan?

Okelah. Namun apakah sebuah drama yang merupakan turunan dari karya seni itu, tidak memiliki manfaat atau nilai hidup yang bisa dipetik? Apalagi drama korea?

Saya memang bukan penonton berat drama korea, namun pernah menonton beberapa saja, itupun lupa judulnya. Sekilas hanya mengingat alur ceritanya.

Misalnya, kehidupan kakak beradik yang jadi korban perceraian orang tuanya. Mereka putus sekolah, dititipkan bibinya. Karena bibinya tak punya cukup uang, lalu dititipkan neneknya di sebuah desa terpencil.

Sayangnya, sang kakek tidak bisa menerima mereka dengan baik, karena benci dengan ayah mereka alias menantunya sendiri.

Anak-anak tak berdosa itu menjadi korban atas kesalahan orang tuanya. Itu suatu nilai hidup yang teramat dalam menurut saya.

Namun, bagaimana dengan drama-drama series yang dibintangi Lee Min Hoo? Nah, itu saya belum pernah menonton. Jadi tidak bisa menyimpulkan.

Jika ditarik dari dua video ceramah Ustad Somad itu, sebenarnya hanya sebuah tesis. Asumsi sekilas. Sebelum jadi sebuah fatwa pribadi, perlu suatu kajian mendalam.

Tidak bisa mengharamkan sesuatu, atau melabeli suatu itu kafir. Apalagi hanya menonton drama yang dibintangi orang-orang kafir.

Atau kita ambil jalan tengahnya. Menonton tak masalah, selama ada sisi positif yang bisa dipetik. Adakah sisi positif yang bisa dipetik dari drama korea?

Sri, dan sederet penonton drama korea tak perlu risau. Ustad Somad hanya mengingatkan agar berusaha mencari hikmah dari apa yang dilihat/ditonton.

Lagipula, selain nonton drama korea, Sri kan juga mendengar pengajian sang Ustad?

Kedai MuaRa
Ahmad Fahrizal Aziz
Blogger dan Aktivis Literasi

Comments