Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Kenapa Bisa Muncul Perasaan Bersalah?




Tak sedikit orang yang dihinggapi rasa bersalah, karena berbagai alasan. Sigmund Freud menyebutnya sebagai kecemasan moral, yang berbentuk perasaan bersalah (guilty feeling).

Sebelumnya, Sigmund Freud membagi kecemasan dalam tiga hal. Yaitu :

1. Kecemasan Realistik, yang berasal dari lingkungan atau dunia luar.

2. Kecemasan Neurotik, yang berasal dari trauma masa lalu yang membekas.

3. Kecemasan moral, yang berasal dari sikap dan perilakunya sendiri, yang membuatnya merasa gelisah.

Berbeda dengan dua kecemasan sebelumnya yang lebih pada perlakuan dari eksternal ; lingkungan dan orang lain. Kecemasan moral muncul dari diri sendiri.

Sebabnya bermacam-macam, seperti emosi berlebih yang kemudian membuatnya melakukan kesalahan fatal. Perilaku yang menyakiti orang lain, atau bersikap tidak adil terhadap orang lain.

Freud menjelaskan bahwa dalam kondisi psikis tertentu, orang bisa melampiaskan emosi kepada orang lain yang bahkan sama sekali tak berkaitan. Hal itu disebut "pemindahan obyek".

Misalkan, karyawan yang dimarahi atasan di tempat kerja, membuatnya kesal dan emosi, namun dilampiaskannya pada istri yang di rumah.

Padahal istri tak tahu menahu apa yang terjadi, hal inilah yang kemudian memicu perasaan bersalah ketika kondisi psikisnya mulai stabil.

Freud menjelaskan, fenomena tersebut dalam rangka mempertahankan ego [baca lebih lanjut teori Sigmund Freud tentang Id, Ego, dan Superego].

Perasaan bersalah (guilty feeling) juga bisa berbentuk perilaku khilaf. Misalnya dia melakukan tindakan terlarang, kejahatan, atau dosa. 

Meskipun tidak mendapatkan sanksi langsung, atau tidak diketahui banyak orang, namun perasaan bersalah bisa terus hinggap dalam benaknya, sampai waktu yang sangat lama.

Karena itu penting untuk mengontrol diri, yaitu dengan cara represi : menakan ingatan-ingatan tak menyenangkan atau menyakitkan yang bisa meletupkan amarah.

Juga, proyeksi : yaitu menahan sikap dan perilaku buruk, dengan tetap bersikap rasional agar tidak sampai melakukan tindakan-tindakan yang membuatnya menyesal dikemudian hari dan menimbulkan rasa bersalah. (Red.LP)

Comments