Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Pemuda Sebagai Agen Perubahan

Oleh Najib Zakaria*



Sejarah perjalanan bangsa Indonesia tidak lepas dari keberadaan dan peran pemuda. Peran pemuda sangat jelas terlihat pada awal perjuangan kemerdekaan, Masa kemerdekaan, dan pasca kemerdekaan. 

Kiprah pemuda di Indonesia diawali pada 1908 yang ditandai dengan berdirinya Budi Utomo. Semangat kebangkitan ini mengkristal dengan di deklarasikannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Peristiwa ini menjadi catatan penting dalam mempersatukan pemuda dan perjuangan bangsa secara terpadu. Sumpah Pemuda meletakkan arah dan tujuan perjuangan menentang kolonialisme. Sumpah Pemuda juga menjadi geneologi-politik menuju Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Pada hari Minggu 28 Oktober 1928 bahkan tidak hanya disebutkan sebagai Hari Sumpah Pemuda, melainkan juga hari lahirnya Bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda tidak lain sebuah factum unionist atau akta lahirnya sebuah definisi bangsa berikut unit geografi politiknya (tanah air Indonesia) dan identitas nasional (bahasa Indonesia dan simbol merah putih).

Pemuda sekarang, sebagai generasi penerus perlu membaca ulang makna Sumpah Pemuda dengan jiwa dan semangat kebangsaan serta keinginan bersatu yang tinggi. Seperti pandangan Keith Foulcher (2008) yang menyoroti proses perkembangan Sumpah Pemuda sebagai suatu simbol nasional yang penting sejak 1928 hingga sekarang.

Dalam pemahamannya, Sumpah Pemuda yang kita kenal sekarang, merupakan suatu hasil dari akumulasi nilai-nilai yang disisipkan dan dititipkan sejak peristiwa lebih dari 88 tahun silam itu. Ketika itu dalam dada kaum muda ada sebuah gelora untuk mengusir Hindia Belanda. Ini merupakan cikal bakal sebuah bangsa yang otonom dan mandiri. Sumpah Pemuda merefleksikan adanya unsur rakyat Indonesia yang ketika itu mengihktiarkan sebuah negara yang merdeka, keluar dari ketertindasan oleh penjajah kolonial Belanda.

Berbagai peristiwa memberikan bukti nyata bahwa pemuda selalu menjadi garda terdepan dalam usaha-usaha perbaikan bangsa. Benang merah dari berbagai peristiwa tersebut, bahwa pemuda Indonesia selalu menempatkan dirinya sebagai agen perubahan (agent of change) bagi negerinya. Konsepsi peranan ini menempati pikiran dan tindakan mereka untuk selalu menggelorakan perubahan pada bangsa ini.

Namun sayang, Sumpah Pemuda sejak tahun 1928 itu telah dipolitisasi dari masa ke masa. Pemuda dijadikan alat politik untuk mengejar kekuasaan. Selayaknya dibutuhkan proses penyadaran terhadap pemuda agar bersikap kritis. Ikut membangun bangsa dan negara melalui keahliannya masing-masing. Jangan sampai diperalat untuk kepentingan penguasa yang hanya mencari keuntungan pribadi atau kelompok. Di tangan pemuda, sebuah perubahan bisa terjadi. Sebab, daya imajinasi, kreasi, dan inovasi senantiasa melekat pada semangat generasi muda.

Hanya pemuda yang suka perubahan lah yang akan meraih kesuksesan. Sementara mereka yang tidak mau berubah akan tetap terpuruk dan menjadi orang tertinggal. Begitulah ungkapan yang pernah dilontarkan Pendiri Rumah Perubahan Rhenald Kasali.

“Pemuda mencintai perubahan karena seiring dengan pola berpikir mereka yang terus berkembang. Termasuk, kapasitas mereka dalam mengasah potensi dan bakat mereka agar terus mencapai perubahan atau kesempurnaan.”

Sebab, upaya melakukan perubahan memang tidak pernah bisa dilepaskan dari karakter kalangan muda. Daya imajinasi, kreasi, dan inovasi senantiasa melekat pada semangat generasi muda. Karena itu, tidak heran jika Presiden Pertama Indonesia Soekarno dalam sebuah pidatonya secara tegas mengatakan peran pemuda yang bisa diandalkan untuk melakukan perubahan.

Bung Karno hanya membutuhkan 10 pemuda untuk mengguncang dunia. “Beri aku 1.000 orang tua,niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya.Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Kalimat Bung Karno tersebut merupakan gambaran bagaimana kedahsyatan pemuda sebagai agen perubahan.

Tentu saja, pemuda yang dimaksud ialah mereka yang berpikiran positif, dan berprestasi. Saat ini, populasi pemuda Indonesia mencapai 64 juta orang (berdasarkan Sensus Penduduk 2010). Angka ini setara dengan 15 kali populasi Singapura. Jika populasi yang besar ini bisa dimanfaatkan secara maksimal, bukan tidak mungkin semakin banyak pemuda Indonesia yang bisa berbicara di kancah global.

Pemuda memiliki peran sangat penting dalam mendukung kemajuan suatu bangsa. Betapa tidak, dengan besarnya energi, talenta dan kreativitas yang dimiliki, pemuda sangat mungkin menjadi agen perubahan bagi negara.

Dengan besarnya potensi dan energi yang dimiliki, pemuda memang sangat mungkin untuk menjadi agen perubahan dan kemajuan bagi sebuah negara. Buktinya kini, tidak sedikit pemuda Indonesia yang berhasil mengharumkan nama bangsa berkat keahliannya. Bahkan, dengan berbagai kemampuan dan prestasi yang berhasil diraih, beberapa dari mereka mampu membuat nama Indonesia diakui di kancah global.

Kini, tidak sedikit anak muda Indonesia yang berhasil meraih berbagai prestasi di dunia internasional. Sebut saja Rio Haryanto, pembalap GP2 yang saat ini menjadi satu-satunya pembalap Indonesia pemegang lisensi Formula 1 (F1). Lalu, ada nama Tania Gunadi, Mojang Bandung yang sukses menjadi salah satu aktris ternama Hollywood. Kesuksesanya menjadi aktris ternama seperti saat ini, bukanlah hal mudah yang dapat diraih. Dia harus bekerja paruh waktu di restoran cepat saji sambil bersekolah.

Menurut pengamat sosial Universitas Indonesia Devie Rachmawati, populasi pemuda yang sangat besar bisa menjadi sebuah berkah demografi yang pantas disyukuri. Hal ini mengingat di sejumlah negara Eropa dan Jepang jumlahnya mengalami penurunan produktivitas karena jumlah orang tua yang besar dan tingkat produktivitas pemudanya menurun.

“Namun, jumlah besar ini bisa menjadi bencana demografi jika kualitas pemuda Indonesia kurang menjanjikan,” jelas Devie yang juga menyarankan agar pemerintah mempunyai MASTER OF PLAN yang jelas tentang arah pembangunan ke depan. Sebab, pemuda sebagai bagian dari potensi pembangunan perlu diberdayakan agar mampu berkiprah dalam memajukan bangsa, dan mereka siap menghadapi tantangan global. (*)

(*) Sekretaris Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kab. Blitar

Blogger dan Aktivis Literasi

Comments