Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Novel "Pasar"

NOVEL “PASAR”

Resensi Novel Karya Kuntowijoyo
(Budayawan dan Pemikir Terkemuka Muhammadiyah)



KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JAWA DI DALAM LINGKUP PASAR

         Pak Mantri Pasar adalah seorang yang sangat mengagungkan budaya tradisional Jawa. Dalam setiap gerak-geriknya, ia tak pernah lepas dari budaya-budaya asli Jawa. Dalam beretika, berbicara, hingga berpikir pun adat-adat Jawa selalu diutamakannya. Tanpa terkecuali. Ia memiliki bawahan bernama Paijo yang hanya seorang pemuda tidak berpendidikan. Akan tetapi, karena kedekatannya dengan Pak Mantri, pola pikirnyapun tidak jauh berbeda dengan Pak Mantri.

Cerita tersebut berawal dari kisah Pak Mantri Pasar dalam memperjuangkan pasar yang ia kelola. Peraturan pasar sangat ia junjung tinggi demi mencapai kemajuan bgi pasar yang ia kelola. Ia harus rela berangkat pagi-pagi untuk mengecek kesiapan pasar untuk digunakan para pedagang, dan lain sebagainya. Termasuk menggalangkan penarikan karcis bagi setiap pedagang yang berjualan dipasar yang ia kelola. Selain itu, ia juga memiliki peliharaan berupa burung yang setiap hari ia rawat dengan penuh kasih. Baginya, hak makhluk hidup untuk hidup sangat penting. Ia juga disegani semua orang dikampungnya. Tanpa terkecuali kepala Polisi dan Pak Camat.

Awalnya kegiatan mengelola pasar berjalan dengan tenang. Hingga akhirnya timbul sebuah konflik. Para pedagang tidak mau lagi membayar karcis. Mereka merasa dirugikan oleh tingkah burung milik Pak Mantri yang sering kali mengganggu para pedagang. Burung itu memakan barang dagangan lah, buang kotoran dimana-mana lah, intinya para pedagang merasa dirugikan akan keberadaan burung-burung itu. Sampai-sampai mereka mengancam akan membunuh semua burung-burung itu. Sontak Pak Mantri merasa sakit hatinya. Karena bagaimanapun juga burung-burung itu memiliki hak untuk hidup. Rasa sakitnya bertambah ketika Zaitun, perempuan yang sangat dipedulikannya pun ikut membenci burung-burung miliknya. Zaitun beranggapan bahwa burung tersebut pula lah yang menjadikan Bank yang ia kelola menjadi sepi penabung.

Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh tokoh lain (Kasan Ngali) dengan cara membuka pasar baru yang berada dipekarangan rumahnya yang luas. Keadaan tersebut menjadikan Pak Mantri merasa sangat terpukul. Orang-orang mulai menjauhinya. Memebencinya. Pak Mantri mulai melakukan tindakan perlawanan untuk mencegah agar pasar yang ia kelola tidak ditutup begitu saja. Ia melaporkan tindak pembangkangan para pedagang kepada petinggi-petinggi kecamatan. Termasuk kepada kepala Polisi. Ia juga melaporkan perbuatan Kasan Ngali yang dianggap tidak mendukung kemajuan pasar Negara dengan cara membuka pasar illegal dan menyuruh para pedagang untuk pergi dari pasar yang dikelola Pak Mantri.

Usaha Pak Mantri tidak sia-sia. Petinggi kecamatan meresponnya dengan baik. Kemenangan berada dipihak Pak Mantri Pasar dan anak buahnya, Paijo. Ia pun tak lagi berselisih dengan Zaitun. Akan tetapi, Zaitun–perempuan yang baik budinya dan penuh lemah lembut–harus pergi meninggalkan kampung tersebut dan meninggalkan kenangan manis disana.

Dari awal cerita sampai ke bagian akhir cerita, banyak sekali terdapat amanat yang secara tidak langsung merupakan pesan yang disampaikan pengarang kepada para pembaca. Amanat-amanat tersebut kebanyakan disampaikan dari tokoh utama itu sendiri. Dari berbagai macam amanat yang disampaikan, tentunya mengandung nilai-nilai yang patut pembaca cernati.


Selain itu, pengarang berusaha untuk memaparkan kepada pembaca bahwa tradisi asli Jawa merupakan sesuatu yang sangat penting yang bisa kita pakai sebagai modal dalam hidupbermasyarakat. (Red.S)

Blogger dan Aktivis Literasi

Comments