Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Yesus!


ilustrasi dari Google

Setelah tak mendapatkan majalah Horison, saya kemudian menuju ke rak novel. Ada dua novel bagus, saya membeli dua buah : Bara Aksadewa karya Mahfud Asa dan Welcome to America karya B.M Nguyen. Kemudian, saya antri di kasir, di depan saya berdiri seorang lelaki paruh baya berkaos hijau. Dari baris antrian, lelaki itu nampak khawatir melihat putri kecilnya berlarian, lantai lumayan licin, mungkin ia takut putrinya terpeleset.

Sebenarnya, tujuan saya ke toko buku itu untuk membeli majalah horison. Tetapi karena tak ada, akhirnya saya berkeliling mencari novel. Sayang sekali, toko buku sebesar itu, tapi tak memiliki koleksi yang lengkap. Pernah saya mencari serial kelima supernova #gelombang. Tapi juga tidak ada. Sampai tadi malam pun, saya amati rak khusus bertuliskan “New Arrival”. Novel #Gelombang juga belum tersedia. Atau mungkin memang tidak tersedia.

Tapi saya sudah membeli #Gelombang di Gramedia Malang.

Akhirnya saya membeli novel berjudul Bara Aksadewa, sejenis novel mitologi. Alasan saya membeli novel itu, karena tertarik dengan sebuah kata yang menurut saya begitu indah : Kinnara. Tambah menarik, karena di pojok kiri atas, ada hastag naskah terbaik #FikFanDIVA.

Novel kedua yang saya beli berjudul Welcome to America. Sebuah novel memoar karya B.M Nguyen. Dari namanya, sepertinya bukan orang Indonesia. Novel itu konon menjelaskan sisi lain America yang terkenal glamour dan menyediakan banyak kebahagiaan.

So, dalam minggu ini, Fahri’s Library kedatangan tiga penghuni baru yang kesemuanya dari penerbit Diva Press. Sebelumnya, saya membeli novel berjudul Dzikir Jantung Fatimah, Ada Tuhan di Negeri Kanguru karya Naning Pranoto. Salah satu yang memberikan endorsement adalah Masdhar Zainal, penulis berbakat FLP Malang yang saya kenal.

Baris antrian semakin berkurang, lelaki berkaos hijau di depan saya sudah berhadapan dengan kasir berjilbab, menyodorkan buku belanjaannya. Dari kejauhan, putri kecilnya memanggil-manggil dan berlarian ke arahnya. Saya agak khawatir melihatnya, karena lantai keramik itu benar-benar licin.

Saat putri kecilnya itu mendekat, benar saja. Ia tergelincir jatuh. Tepat disamping ayahnya. Sontak lelaki itu berteriak. YESUS! Di belakanganya, saya berteriak agak pelan : INNALILAHI. Begitu pun kasir berjilbab di depan lelaki itu.

Ia langsung menolong anaknya. Untung saja, hanya terpeleset biasa. Tak apa-apa. Anak kecil itu juga tak nangis. Ia pun kembali ke depan kasir sambil menggendong anaknya, dan mengeluarkan sejumlah uang untuk menebus buku-buku itu. Lalu ia berjalan menuruni tangga, masih sambil menggendong anaknya dan mencoba menenangkan, sambil mencangking kantong plastik berisi beberapa buku yang ia beli.

Kini giliran saya yang menyerahkan dua buah buku belanjaan. Sementara pikiran saya masih tertumbuk pada peristiwa beberapa menit tadi. Bukan peristiwa terpelesetnya anak kecil itu, tapi peristiwa pengucapan YESUS dan INNALILAHI yang nyaris bersamaan. Sebuah ekspresi religius yang muncul secara sepontan.

Ternyata, manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan alamiahnya terhadap Tuhan. Saya tersenyum senang. Sebelum pergi ke toko buku ini tadi, saya nyaris kehilangan waktu sholat magrib karena terlalu asyik di depan laptop, memanfaatkan wifi di cafe itu. Untung saja, ada Musholla disana, meskipun Musholanya hanya seluas 2x2 M.

Alhamdulilah.
18 November 2014
A Fahrizal Aziz

Comments