Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Musim Hujan, DAD, dan inspirasi malam





Masjid Al Furqon Kota Batu
Kota Malang sudah mulai diguyur hujan. Sudah tiga hari ini saya numpang di “rumah singgah” klandungan, tujuannya hanya satu ; menghadiri beberapa kegiatan IMM. Seperti kunjungan DAD, Mengisi materi, dan menjadi penggembira dalam workshop kepenulisan PC IMM Malang.


Sabtu Pagi (15/11/14), saya memulai perjalan ke DAD Komisariat Revivalis di Masjid Alfurqon Batu. Sempat merasakan nikmatnya sholat dhuhur di masjid itu, masjid yang bagus, bersih, dan menyuguhkan pemandangan yang indah.
Pemandangan samping Masjid

Disana, saya hanya mengantarkan Yusuf mengisi materi ke-IMM-an, sambil berbincang sederhana dengan para panitia dan pengurus komisariat yang nampak (masih) bersemangat. Ada 10 kader baru yang ikut DAD. Lumayan.

Selanjutnya, perjalanan darat kembali dilanjutkan ke SMA Islam Batu. Disana tengah prepareuntuk persiapan workshop kepenulisan PC IMM Malang. Sampai kemudian sebuah sms mendarat ke ponsel. Itu sms dari Fatih dan Zu’a. Saya harus ke tawangargo-Karangploso karena harus mengisi materi Logika Berfikir. Saya dengar, DAD Reformer dihadiri 5 orang peserta.
suasana makan siang DAD Revivalis

Perjalan dari SMA Islam Batu ke Karangploso ternyata tidak berjalan mulus, ada kemacetan panjang sebelum jembatan merah, disebabkan truck yang macet dijalan tanjakan. Materi yang dijadwalkan pukul 12.45, berlangsung jam 13.15.

Akhirnya, saya bisa bertemu dengan lima peserta DAD tersebut. Satu laki-laki, dan empat perempuan. Saya jadi teringat ketika menjadi MOT tahun 2011 dulu. Peserta DAD ada 12 (seingat saya), dan hanya ada 2 orang laki-laki. Salah satunya, tidak bisa ikut hingga akhir. Mungkin karena tekanan psikologis.
Bertemu lima peserta DAD Reformer

Seperti halnya di Revivalis, para panitia DAD Reformer pun nampak (masih) bersemangat. Meskipun beberapa terlihat lelah. Maklum, dua hal yang pasti ketika menjadi peserta atau panitia DAD, adalah kurang tidur dan (kurang) makan. Hehe.

Untung saja, saya masih fresh karena pagi itu sarapan soto ayam lamongan di dekat bulukerto.

Setelah mengisi materi, saya berbincang sejenak sampai sekitar jam 4 sore. Baru kemudian kembali ke SMA Islam Batu. Disana sudah dimulai materi pertama bersama Pak Himawan Susanto. Dosen UMM, yang sekaligus memberikan motivasi untuk menulis hingga magrib berkumandang, dan kami sholat berjamaah di mushola minimalis milik sekolah tersebut.
Narsis bareng peserta workshop

Selepas magrib, saya keluar mencari makan malam, sekaligus menikmati jalanan kota Batu. Sebuah kota yang terintegrasi dengan suasana pegunungan yang sejuk. Serasa berada di desa, tapi bisa sekaligus menikmati modernitas kota.

Sekitar jam 20.00, workshop dilanjutkan materi kedua. Kali ini, Mas Pradana Boy ZTF datang sebagai pemateri. Kandidat Doktor National University of Singapore tersebut lebih banyak menceritakan pengalaman pribadinya dalam menulis, terutama dalam menulis Novel. Mas Boy membagikan banyak inspirasi, banyak hal-hal reflektif yang beliau ceritakan. Bagi Mas Boy, menulis adalah panggilan hidup.

Tentu sangat menarik mendengarkan Mas Boy yang selama ini dikenal sebagai akademisi maupun intelektual, dan bahkan pernah disebut Prof. Imam Suprayogo sebagai the next Cak Nur, berbicara soal Novel. Sebuah karya sastra yang identik dengan hal-hal fiktif. Meskipun banyak juga novel yang berangkat dari realita.

Mas Boy berbagi inspirasi
Mas Boy mengakhiri materi sekitar pukul 22.28 WIB. Saya melengkapi buku catatan kecil saya  dengan “inspirasi malam dari Mas Boy”. Akhir pekan yang penuh makna, menyusur kota batu, bertemu dengan calon-calon kader muda progresif, dan mengikuti dua “kuliah” menulis yang mencerahkan.

Tiga kata kunci untuk hari ini : Musim Hujan, DAD, dan inspirasi malam. Terima kasih atas pembelajaran berharga itu ya Tuhan. Besok masih ada motivasi menulis dari Mas Hasnan.

Malam ini saya akan beristirahat sejenak, diatas kursi, disebuah bangunan yang sudah mulai tua. Tanpa selimut, dan semilir hawa dingin meranggas masuk melalui ventilasi. Semoga saya tidak masuk angin.

15 November 2014
A Fahrizal Aziz

Comments