Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Ciri Khas Rumah Jawa dan Jenis-jenisnya, Dominasi Kayu dan Bambu


Dalam buku The History of Java yang ditulis Thomas Stamford Raffles, halaman 48-49 terbitan Narasi (2008), dijelaskan macam-macam rumah di Jawa sekitar tahun 1800 dan sebelum itu.

Bab ini menarik karena selama ini kita lebih sering mengenal Joglo sebagai rumah khas Jawa, terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah, ternyata tidak hanya itu.

Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa jenis rumah sangat berkaitan dengan posisi sosial seseorang, Rumah Joglo misalnya adalah rumah para pejabat rendah dan menengah.

Seperti apa penjelasan lebih detailnya, kami akan mengulasnya disini.

Pertama, Rumah Limasan

Orang Jawa biasa menyebut Omah Limasan karena atapnya berbentuk limas. Dindingnya dari anyaman bambu, ditopang oleh kayu sebagai rangka. Atapnya dari Rumput Panjang, Daun Nipa atau Bambu Sirap. Beberapa menggunakan Daun Kelapa atau Blarak.

Omah Limasan adalah rumah sederhana sebagai tempat tinggal para petani, mungkin bisa kita artikan juga rumah biasa sebagian besar masyarakat Jawa karena dulu mayoritas adalah petani.

Rumah Limasan tak terlalu besar dengan pekarangan di sekitarnya, dan hanya untuk tidur atau menerima tamu, aktivitas lain termasuk memasak kadang masih dilakukan di luar rumah.

Rumah Limasan disebut juga Omah Gedhek, yang full memanfaatkan pohon bambu dan pohon kelapa. Lalu pada perkembangannya kemudian dikombinasikan dengan batu bata untuk pondasi atau sebagian dinding bawah. Namun kala itu semuanya full kayu dan bambu.

Kedua, Rumah Joglo

Omah Joglo adalah rumah penguasa kelas rendah, disebut juga Omah Che-Bluk, dengan 4 atap utama dan 4 atap tambahan dengan 4 tiang penyangga.

Konsep Joglo dijadikan bale atau ruang pertemuan, dibuat terbuka dan agak luas agar bisa menampung banyak orang karena ia seorang penguasa setempat.

Ketiga, Rumah Tumpang


Omah Tumpang hampir mirip dengan Omah Joglo, namun lebih besar. Jumlah kamarnya lebih banyak sekitar 5-6 kamar. Rumah ini biasanya untuk Pateh atau pejabat sekelas asisten gubernur provinsi.

Meski bagian depannya terbuka seperti Omah Joglo, namun Omah Tumpang punya bagian tertutup dengan dinding kayu. Kala itu rumah dengan dinding kayu menjadi penanda strata sosial, karena rata-rata rumah masyarakat biasa berdinding anyaman bambu dan berukuran kecil.

Keempat, Rumah Gedong


Mungkin kita sering mendengar istilah "Gedongan" atau "Omah Gedong", yaitu rumah yang dibangun dengan bebatuan.

Sebagai sebuah bangunan, sebenarnya ini bukan hal baru di tanah Jawa, karena sejak era Kerajaan sudah ada Candi dan lain sebagainya.

Namun sebagai tempat tinggal, ini termasuk hal baru, bisa jadi karena pengaruh bangsa-bangsa Eropa yang terbiasa membuat bangunan dari batu sebagai tempat tinggal, hal ini mungkin sangat dipengaruhi oleh iklim di sana.

Omah Gedong memanfaatkan Batu Kali besar sebagai pondasi dan batu bata sebagai dinding, serta atap yang terbuat dari genteng, tanah liat yang telah dipanaskan.

Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa Omah Gedong dibangun oleh bangsa Eropa dan China, dan rata-rata penduduk asli Jawa model rumahnya dari Kayu dan Bambu.

Ini menguatkan spekulasi jika sejak era Kerajaan, desain pemukiman memang dari kayu dan bambu, hanya bangunan monumental saja yang dibangun dari batu dan itu bukan untuk tempat tinggal.

Karena berada pada iklim tropis, hal itu jadi kearifan lokal tersendiri, terlebih kondisi geografis yaitu seringnya terjadi gempa bumi dan gunung meletus.

Kombinasi


Sekarang model rumah Jawa hanya menjadi model adat yang bisa kita temui di kantor-kantor pemerintahan, terutama Omah Joglo, itupun hanya Joglonya saja.

Meskipun ternyata rumah khas Jawa lebih ramah lingkungan, namun sudah banyak yang meninggalkannya dan beralih ke rumah gedong dari batu bata dan batako.

Hal ini didukung oleh ketersediaan sumber daya alam seperti pasir dan tanah yang bisa diolah.

Beberapa desain rumah kini pun sudah berkembang dan semakin mutakhir, meskipun banyak juga yang mulai meminati desain rumah adat Jawa.

Red.b/fah


Comments