Johannes Leimena : “Langganan” Menteri Soekarno Penggagas Puskesmas
“.... misalnya Leimena, saat bertemu dengannya aku merasakan rangsangan indra keenam, dan bila gelombang intuisi dari hati nurani yang begitu keras seperti itu menguasai diriku, aku tidak pernah salah. Aku merasakan dia adalah seorang yang paling jujur yang pernah kutemui.”
- Soekarno saat diwawancarai Cindy Adams (Soekarno: Penyambung Lidah Rakyat, 1965).
Dr. Johannes Leimena lahir di Ambon, Maluku, Hindia Belanda, 6 Maret 1905 – meninggal di Jakarta, Indonesia, 29 Maret 1977 atau yang kerap disapa “Om Jo” adalah seorang dokter, politikus, dan pahlawan nasional Indonesia. Leimena tercatat sebagai satu – satunya orang yang pernah menjadi menteri di 18 kabinet yang berbeda tanpa terputus dan itu semua terjadi sepanjang masa pemerintahan Presiden Soekarno. Posisi yang pernah ia jabat adalah Wakil Menteri Pertama (Menteri Muda), Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan, Menteri Koordinator Distribusi, sampai Wakil Perdana Menteri. Selain itu ia juga menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Konstituante, juga ketua umum Partai Kristen Indonesia (Parkindo) tahun 1950 – 1961.
Leimena lahir dari latar belakang keluarga yang berpendidikan yaitu pasangan Dominggus Leimena dan Elizabeth Sulilatu yang keduanya berprofesi sebagai seorang guru. Semaca kecil ia tinggal bersama orang tua dan saudara – saudaranya di Ambon, hingga akhirnya pada usia 5 tahun ayahnya meninggal dunia sementara ibunya menikah lagi. Leimena lalu tinggal bersama dengan paman dan bibinya, sementara ibu dan saudara nya yang lain ikut bersama ayah tiri. Leimena lalu bersekolah di Ambonsche Burgerschool, Ambon.
Pada tahun 1914, Leimena ikut paman dan bibinya pindah ke Cimahi, Jawa Barat karena pamannya ditugaskan untuk menjadi kepala sekolah disana. Tak lama berselang, ia berpindah lagi ke Batavia. Leimena sempat belajar di Europeesche Lagere School (ELS) lalu berpindah ke Paul Krugerschool. Selepas lulus ia lalu melanjutkan ke Meer Ultgebreid Lager Onderwijs (MULO). Leimena berkeinginan untuk melanjutkan ke Hogere Burger School (HBS) atau ke Koningin Wilhelmina School (KWS) namun dilarang oleh bibinya. Ia mencoba melamar pekerjaan ke kantor pos dan jawatan kereta api tapi lamarannya ditolak. Hingga akhirnya Leimena diterima di School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA), sekolah kedokteran di Batavia.
❖ Masa Pergerakan dan Karir Dokter
Ketika berkuliah di STOVIA, Leimena mulai aktif dalam organisasi pemuda seperti Jong Ambon dan Christen Studenten Veereniging (Perkumpulan Pelajar Kristen). Melalui organisasi Jong Ambon, Leimena dikenal dan menjadi tokoh yang berpengaruh dalam usaha kemerdekaan Indonesia. Pada awalnya Leimena bersikap netral, namun beralih mendukung usaha kemerdekaan karena pengaruh berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI) di Batavia dan Perhimpoenan Indonesia di Belanda. Leimena juga berperan dalam Kongres Pemuda I (1926) dan Kongres Pemuda II (1928, atau yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda). Selain aktif di organisasi pergerakan, ia juga bergabung dalam gerakan rohani Oikumene. Leimena lulus dari STOVIA pada tahun 1930.
Setelah lulus, Leimena mulai bekerja di Centraal Burgerlijke Ziekenhuis (sekarang RS dr. Tjipto Mangunkusumo). Ia juga ditugaskan di Karasidenan Kedu pasca meletusnya gunung Merapi pada tahun 1930, lalu pindah ke RS Zending Immanuel, Bandung pada tahun 1936. Di sana ia bertugas melatih para perawat baru serta membantu tugas para bidan dan klinik di sekitar rumah sakit tersebut. Semasa menjadi dokter, ia juga melanjutkan pendidikannya dan pada tahun 1939 ia lulus di Geneeskunde Hoge School (GHS) Batavia dengan gelar Ph.D/doktor spesialis penyakit hati dengan judul disertasi “Leverfunctiei proeven bij Inheemschen.”
Pada tahun 1941 ia bertugas mengepalai RS Banyuasin, Purwakarta. Setelah kedatangan Jepang rumah sakit tersebut diambil alih dan Leimena ditahan sampai tahun 1943. Ia kemudian dibebaskan setelah merawat perwira Kempetai yang terkena malaria hingga sembuh, lalu kemudian bekerja lagi tapi dipindahtugaskan ke Tangerang.
❖ Langganan Menteri
Pada saat Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Leimena masih berada di Tangerang. Ia kemudian bertugas merawat para kadet yang menjadi korban Peristiwa Lengkong dan disana lah pertama kali ia bertemu dengan Presiden Soekarno. Beberapa bulan setelah pertemuan itu ia lalu diundang dan ditawari posisi Menteri Muda Kesehatan dalam kabinet Sjahrir II. Awalnya Leimena menolak, namun setelah diyakinkan oleh sahabatnya Amir Sjarifuddin ia akhirnya menerima tawaran tersebut. Ia lalu menjadi Menteri Kesehatan di masa kabinet Amir Sjarifuddin pada tahun 1947 dan terus bertahan sampe kabinet Wilopo pada tahun 1953. Ia juga berperan dalam pembentukan Parkindo pada tahun 1947 dan sempat juga menjadi ketua umum. Ia juga aktif dalam organisasi Pemuda Indonesia Maluku (PIM) bentukan Johannes Latuharhary.
Selama masa revolusi, Leimena berpindah tugas dari Jakarta ke Yogyakarta karena ibukota yang berpindah dan invasi tentara Belanda. Selain itu ia juga turut berperan sebagai delegasi di berbagai perundingan seperti perundingan Linggarjati (1946), perundingan Renville (1948), perundingan Roem-Royen (1948), dan Konferensi Meja Bundar (1949). Leimena juga termasuk beberapa menteri yang lolos dari penangkapan Belanda selama Agresi Militer II.
Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia, Leimena sempat tidak menjabat sebagai menteri setelah kabinet Wilopo jatuh, lalu ia ditunjuk lagi menjadi Menteri Kesehatan pada masa kabinet Burhanuddin Harahap (1955 – 1956). Selanjutnya ia menjabat sebagai Menteri Sosial (1957), dan menjelang masa Demokrasi Terpimpin ia ditunjuk sebagai Wakil Perdana Menteri (1957 – 1966) sampai kejatuhan Soekarno, sekaligus merangkap jabatan sebagai Menteri Koordinator Distribusi (1962 – 1964) serta Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (1966).
Semasa ia tidak menjabat sebagai menteri, Leimena terpilih sebagai anggota DPR mewakili Parkindo dan anggota Konstituante mewakili provinsi Maluku. Selain itu juga ia aktif sebagai pengurus Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) sekaligus mendirikan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Di karir militer, Leimena pernah termasuk dalam anggota Komando Operasi Tertinggi (KOTI) Operasi Trikora dengan pangkat Laksamana Madya (tituler). Ia juga pernah menjadi negosiator mewakili pemerintah Indonesia dalam rangka diplomasi menghadapi separatis Republik Maluku Selakan (RMS).
❖ Penggagas Puskesmas
Pasca pengakuan kedaulatan Indonesia, kondisi yang terjadi di masyarakat sangat memprihatinkan akibat efek perang yang tiada henti dan pemerintah kolonial yang tidak memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat. Leimena menganggap bahwa kesehatan menjadi salah satu komponen penting untuk membangun negara.
Leimena sejak masih bertugas di RS Zending Immanuel Bandung sudah memiliki pola seperti pengumpan dengan poliklinik-poliklinik di desa-desa yang dijalankan oleh mantri-mantri setempat untuk menyediakan pelayanan kesehatan, khususnya fungsi pencegahan penyakit. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kebijakan di masa kolonial yang mengutamakan fasilitas kesehatan di daerah perkotaan. Leimena lantas merumuskan suatu konsep yang dinamakan sebagai Bandung Plan.
Konsep yang dipresentasikan Leimena pada 1952 meliputi pembangunan rumah sakit pusat di kota, rumah sakit pembantu di kabupaten, poliklinik di kecamatan, dan pos kesehatan di desa terpencil. Menurutnya, jika tidak teratasi di tingkat kecamatan, warga yang sakit bisa dialihkan ke rumah sakit pembantu atau rumah sakit kota. Leimena mengusulkan untuk mengintegrasikan pusat-pusat kesehatan masyarakat, pendidikan kesehatan masyarakat, dan perawatan kuratif pada empat tingkat tersebut. Gagasan mereka membuat sistem kesehatan masyarakat menjadi komponen wajib dalam kurikulum ilmu kedokteran di Indonesia. Para dokter yang telah lulus kuliah, diminta bekerja di daerah terpencil selama tiga tahun agar terjadi penyebaran perawatan medis yang lebih merata di Indonesia. Gagasan itu pun ditindaklanjuti dengan membuat Tema Work dalam pelayanan kesehatan pada 1956 dan kemudian terus dikembangkan. Dalam perjalanannya, integrasi institusi kesehatan yang hingga ke level kecamatan itu dikenal dengan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di masa Orde Baru mulai tahun 1968.
Leimena juga membuat usulan undang – undang mengenai sektor kesehatan yang banyak disetujui oleh DPR, seperti aturan yang mewajibkan dokter bekerja sebagai dokter pemerintah minimal tiga tahun sebelum menjadi dokter swasta, memperbolehkan pemerintah melarang klinik-klinik swasta, dan memungkinkan pemerintah untuk mengambil alih jasa medis swasta dalam keadaan genting, peraturan yang membatasi perizinan membuka praktek kesehatan hanya kepada dokter yang memenuhi kualifikasi dan bukan kepada praktisi medis lain seperti perawat atau bidan, juga pembentukan Lembaga Makanan Rakyat yang berfungsi mendidik masyarakat mengenai nutrisi dan Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (sekarang BKKBN) . Selain itu, Leimena juga terkenal karena meracik salep obat kulit yang sangat mujarab dan dikenal dengan Salep Leimena.
Dengan bantuan dana dari World Health Organization (WHO), Leimena melakukan kunjungan kerja ke berbagai negara seperti Norwegia, Inggris, Yugoslavia, Mesir, India, dan Singapura. Ia juga menyerukan agar bantuan kesehatan dari negara luar ke Indonesia dengan tanpa syarat dan jangan sampai mempengaruhi urusan politik dalam negeri maupun luar negeri Indonesia.
❖ Tidak Dimusuhi Orde Baru
Pasca tragedi G30S, Leimena menjadi salah satu pejabat negara yang terdampak karena kawasan rumahnya dekat dengan para perwira Angkatan Darat yang menjadi korban penculikan, yang menyebabkan salah satu pengawalnya Ajun Inspektur Polisi Dua (Anumerta) Karel Satsuid Tubun gugur akibat baku tembak dengan gerombolan penculik.
Beberapa jam setelah peristiwa itu, Leimena menemui Presiden Soekarno dan terus mendampinginya kemanapun ia pergi. Leimena juga mencegah Presiden Soekarno yang disarankan oleh Omar Dhani untuk di evakuasi menuju timur Jawa. Ditakutkan hal tersebut malah semakim memperpanjang konflik dan berpotensi terjadi perang saudara. Presiden Soekarno akhirnya tetap bertahan di Istana Bogor. Nama Leimena juga dicatut di dalam susunan Dewan Revolusi yang diumumkan Letnan Kolonel Untung, pemimpin gerombolan penculik petinggi Angkatan Darat.
Leimana kemudian ditunjuk sebagai Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan ad-interim dan pada 3 Maret 1966 memerintahkan untuk menutup seluruh kampus di Indonesia dan segala aktivitasnya dihentikan sementara, namun perintah itu diabaikan oleh Angkatan Darat yang tetap mengawal aktivitas kampus yang disinyalir akan dipersiapkan dalam rangka demonstrasi menentang Soekarno. Pada tanggal 11 Maret 1966, ia bersama Soebandrio dan Chaerul Saleh menjadi saksi ketika Soekarno menandatangani Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang kelak menjadi kuasa total Soeharto untuk membredel kekuasaannya. Pada tanggal 16 Maret Leimena hadir dalam pertemuan yang digagas oleh Soekarno yang menolak tekanan dari Angkatan Darat untuk merombak kabinetnya. 2 hari kemudian, 15 menteri yang rata – rata pendukung Soekarno ditangkapi. Leimena tidak termasuk ke dalam daftar nama menteri yang ditangkap, ia tetap menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri bersama dengan 4 orang lainnya yang ditunjuk oleh Soeharto.
Setelah kekuasaan Soekarno dilucuti dan Soeharto dinobatkan menjadi Presiden, Leimena menolak ketika akan diberikan posisi menteri oleh Soeharto. Leimena lalu dijadikan sebagai caretaker Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan menjadi anggota sampai tahun 1973. Ia kemudian terpilih menjadi anggota DPR mewakili Parkindo namun tidak dilantik, selanjutnya partainya berfusi menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Leimena menjadi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDI. Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai direktur RS Cikini, Jakarta.
❖ Akhir Hayat
Meskipun di akhir karir nya ia bekerja dengan Orde Baru, Leimena tidak menjauhkan diri dari Soekarno dan tetap menjadi pendukungnya. Sejak jaman revolusi, Leimena dikenal sebagai pribadi yang sederhana. Dalam suatu riwayat bahkan Leimena pernah dipinjamkan jas oleh temannya pada saat akan melakukan pertemuan dengan delegasi Belanda. Momen tersebut sangat diingat oleh Soekarno sebagai momen yang lucu dan mengundang gelak tawa para menteri – menterinya yang lain, karena hanya dengan bermodal jas pinjaman Leimena tampil sangat meyakinkan dan sampai para delegasi Belanda memanggil Leimena dengan sebutan “Yang Mulia.”
Selain itu, ia dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan tidak mau menggunakan fasilitas yang diberikan oleh negara. Ia tidak pernah mencari hiburan semasa liburan dan lebih memilih bercengkrama dengan keluarganya di rumah. Kehidupan keluarganya pun sederhana sekali, dan setiap hari selalu menyantap ubi rebus sebagai hidangan sarapan, bahkan ketika ada tamu datang ke rumahnya ia akan menyuguhkan makanan itu. Padahal sebagai seorang menteri ia bisa saja mendapatkan akses dan penghidupan yang lebih layak dan sejahtera. Namun Leimena mengerti bagaimana kondisi negara yang pada saat itu serba kekurangan.
Leimena juga dikenal sebagai sosok yang sangat toleran dan alim, ia juga bersahabat baik dengan Muhammad Natsir, tokoh Masyumi yang getol memperjuangkan syariat Islam. Natsir pun memanggil Leimena dengan sebutan “meneer de dominee” atau Tuan Pendeta.
Presiden Soekarno pun tak luput ketinggalan, ia secara terang – terangan sangat mengagumi karakter Leimena sebagai sosok yang penuh dengan kelembutan dan kejujuran yang membuat banyak orang kagum padanya. Orang – orang seringkali tidak dapat menolak apabila ada suatu permintaan darinya, dan ia dikenal sebagai orang yang tidak pernah membentak apalagi berbohong. Presiden Soekarno kerap kali memanggilnya dengan sebutan “mijn dominee” atau pendetaku. Sikap lemah lembutnya juga membuatnya seringkali dijadikan delegasi dalam perundingan – perundingan, dan kalimat yang terkenal darinya adalah “rustig, rustig” yang berarti “tenang, tenang” setiap kali terjadi ketegangan.
Sosok yang sangat sederhana dan terkenal akan kejujurannya tersebut tutup usia pada 29 Maret 1977 di Jakarta akibat penyakit liver. Atas jasa – jasa dan pengabdiannya selama ini, Leimena dianugerahi gelar pahlawan nasional melalui Keputusan Presiden No. 52 TK/2010 tahun 2010.
Historia Magistra Vitae
Sejarah adalah guru yang terbaik.
Sumber :
1. Astiannis, Rella. Didin Saripudin. 2018. Johannes Leimena dalam Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia (1946-1956). Bandung: Jurnal Factum Universitas Pendidikan Indonesia Vol. 7 No.2.
2. Firmansyah, Manda. 29 Oktober 2019. Sepak Terjang Johannes Leimena, Menteri Kesehatan Kesayangan Soekarno. Alinea.id. Tautan : https://www.alinea.id/.../johannes-leimena-menteri... (diakses pada 5 Mei 2021).
3. Fitri, Nurulia R. 10 Agustus 2020. Biografi Dr. Johannes Leimena, 8 Kali Dipercaya Sebagai Menkes. IDN Times. Tautan : https://www.idntimes.com/.../biografi-dr-johannes.../1 (diakses pada 5 Mei 2021).
4. Hidayat, Pandu. 19 April 2020. Johannes Leimena, Menteri Sederhana Penggagas Puskesmas. Good News From Indonesia. Tautan : https://www.goodnewsfromindonesia.id/.../johannes-leimena... (diakses pada 5 Mei 2021).
5. Kresna, Mawa. 29 Maret 2018. Johannes Leimena, Orang Paling Jujur di Mata Soekarno. Tirto. Tautan : https://tirto.id/johannes-leimena-orang-paling-jujur-di... (diakses pada 5 Mei 2021).
6. Matanasi, Petrik. 29 Maret 2021. Johannes Leimena, Menteri Soekarno Penggagas Cikal Bakal Puskesmas. Tirto. Tautan : https://tirto.id/johannes-leimena-menteri-sukarno... (diakses pada 5 Mei 2021).
7. Permana, Rakhmat Hidayatulloh. 28 Oktober 2020. Leimena, Tokoh Sumpah Pemuda yang Selalu Jadi Menteri Era Soekarno. Detik. Tautan : https://news.detik.com/.../leimena-tokoh-sumpah-pemuda... (diakses pada 5 Mei 2021).
8. Satyadarma. 22 Agustus 2017. Johannes Leimena, Politik untuk Melayani Rakyat. Koran Sulindo. Tautan : https://koransulindo.com/johannes-leimena-politik-untuk.../ (diakses pada 5 Mei 2021).
9. Setiawan, Andri. 14 Agustus 2019. Nyong Ambon Pendeta Bung Karno. Historia. Tautan : https://historia.id/.../nyong-ambon-pendeta-bung-karno-PyqLN (diakses pada 5 Mei 2021).
10. Tim Admin. __ . Dr. Johannes Leimena. Bio Kristi. Tautan : https://biokristi.sabda.org/dr_johannes_leimena (diakses pada 5 Mei 2021).
11. Tim Admin. __ . Pahlawan Nasional Prof. Dr. Johannes Leimena. Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia. Tautan : http://ikpni.or.id/pahlawan/johannes-leimena-prof-dr/ (diakses pada 5 Mei 2021).
Sumber Foto : Historia
Comments
Post a Comment
Tinggalkan jejak komentar di sini