Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Mbah Komari, Kyai yang Saintis


Saat tahu Mbah Komari adalah Guru Fisika, aku pun kaget. Ah masa? Ternyata benar. Kuintip dari balik jendela kelas sebelah, ternyata memang mengajar Fisika.

Maklum, dulu aku anak bahasa. Nama beliau tidak ada dalam jadwal sebagai Guru pengampu mata pelajaran di kelas bahasa. Tak ada mapel Fisika di kelas bahasa.

Namun, kadang-kadang beliau menyapa ketika lewat di depan kelas. Sesekali kudapati beliau berbincang akrab dengan Pak Azhari, Guru Bahasa Inggris.

Kuingat beberapa kali juga Mbah Komari masuk ke dalam kelas bahasa, untuk menginformasikan sesuatu. Aku tak ingat pasti informasi apa kala itu.

Namun, memori yang cukup melekat adalah ketika beliau berbincang dalam bahasa Inggris dengan Pak Azhari.

I can speak english too. Kelakar Mbah Komari, yang membuat suasana kelas menjadi cair.

Saat itu, aku memang lagi seneng-senengnya belajar bahasa Inggris. Kenapa? Karena Pak Azhari meminta kami menuliskan sendiri nilai raport. Jadi tak ada lagi beban nilai, its very enjoy.

Sehingga, banyak memori yang berkaitan dengan pelajaran Bahasa Inggris masih kuingat baik hingga kini.

Dalam batin, mungkin enak kali ya kalau diajar Fisika sama Mbah Komari. Sebab pembawaannya saja sudah asyik, gaul dan menyenangkan.

Sayangnya, aku sudah terlalu nyaman di kelas bahasa, dan tak ingin masuk pada dunia eksak lebih jauh.

Sebagai kyai di sekolah

Jelang Ujian Nasional, sekolah menggelar Istigosah akbar. Mbah Komari yang bertindak sebagai kyainya. Lho, kan beliau guru Fisika?

Kepala sekolah kala itu, Pak Hasyim Asyari, sempat guyon dan menyebut Mbah Komari disamping ahli fisika juga adalah anggota PDI (Persatuan Dukun Indonesia). Satu sekolah pun tertawa.

Tak menyangka, jika guru-guru kami adalah sosok-sosok yang begitu matang, bahkan dalam soal bercandaannya.

Tak berhenti disitu, Mbah Komari juga keliling ke kelas-kelas untuk berdoa bersama. Kami diminta mengumpulkan pensil 2B dan air mineral dalam botol. Di kumpulkan di depan kelas, lalu kami berdoa bersama.

Kala itu, Ujian Nasional sungguh mencekam dan menegangkan lho.

Mbah Komari memimpin doa di dalam kelas, menyampaikan pada kami jika semua ikhtiar sudah dilakukan. Beliau, dengan gestur yang sangat bijaksana itu, mengajak kami untuk tetap tenang dan yakin.

Tetapi bukan air dan pensil ini yang bikin kalian lulus, tetap semuanya kembali pada Allah, pesan beliau. Ya, sebagian dari kami memang mengira kalau air dan pensil yang sudah diberikan doa itu akan mendatangkan keajaiban saat Ujian Nasional.

Sekilas aku menyadari, kalau Mbah Komari itu tetaplah guru Fisika. Orang yang terbiasa berpikir ilmiah ; logis, sistematis, dan terukur.

Namun entah kenapa sampai saat ini aku masih mengira kalau beliau itu guru Agama. Apalagi, peran beliau sebagai "sosok spiritual" menjelang Ujian Nasional begitu kuat terpatri dalam ingatan kami. Figur yang sangat Multidimensi.

-00-

Selasa, 9 Februari 2021, tersiar kabar jika Mbah Komari telah berpulang ke hadirat Illahi. Saat membuka Facebook, Instagram dan WA Story, banyak sekali ungkapan rasa kehilangan, baik dari teman dan guru.

Aku pun tertegun. Teringat sosoknya yang murah senyum, santai, dan terngiang suaranya yang renyah namun dalam.

Terakhir berjumpa beliau, seingatku saat lebaran. Entah tahun berapa. Kala itu Mbah Komari bercerita soal suasana di Mesir. Sepertinya salah satu putra beliau ada yang sedang kuliah di sana, saat itu.

Selamat jalan, Mbah Komari. Terima kasih atas segala kesan baik yang engkau berikan. Sang maha guru, kyai yang saintis. []

Blitar, 10 Februari 2021
Ahmad Fahrizal Aziz
Alumni Man Kota Blitar 2009

Photo was taken from FB Pak Bastomi
Blogger dan Aktivis Literasi

Comments