Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Kisah Yusril yang Pernah Membakar Patung Pak Harto

Nusantaranews


SRENGENGE.ID - Yusril Ihza Mahendra sangat lekat dengan kepemimpinan Pak Harto, apalagi ketika pada tahun 1990 beliau masuk Setneg dan menjadi penulis pidato presiden. Namun ternyata Yusril termasuk yang paling keras mengkritik rezim orde baru dan bahkan mengaku pernah ikut mendemo dengan membakar patung Pak Harto.

Hal tersebut diungkapkan Yusril Ihza Mahendra dalam wawancara bersama Bayu Sutiono pada acara Sapa Indonesia Pagi - KompasTv, ketika ditanya soal kenapa bersedia menjadi penasehat hukum pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin pada pilpres 2019, padahal selama ini seringkali mengkritik kebijakan pemerintah.

"Masyarakat barangkali tidak tahu peristiwa yang sudah lama sekali. Saya ini aktivis mahasiswa, terakhir kali saya mejabat sebagai ketua MPM UI dan selalu berseberangan dengan pemerintah sejak 1978, melawan rezim pak Harto waktu itu, saya ikut demo bahkan ikut bakar patung pak Harto," Ungkap Yusril.

Selain itu, setamat kuliah, tokoh yang kini dikenal sebagai pakar hukum tata negara tersebut mengaku juga sering melayangkan kritik melalui tulisan di majalah Tempo, Gatra, dan lain sebagainya.

"Namun suatu hari saya dipanggil Pak Murdiono untuk masuk ke setneg, lalu saya tanya tugas saya di setneg ini apa pak Mur? Dijawab bahwa tugas sodara menulis pidato presiden dan menyiapkan naskah-naskah kepresidenan," Lanjut Ketua Umum PBB tersebut.

Mendapat tawaran tersebut, Yusril pun sempat kaget, karena selama ini ia sering mengkritik pemerintah. Murdiono yang kala itu Mensesneg pun menemui Pak Harto dan menyampaikan hal tersebut.

"Kata Pak Harto, begini saudara Yusril, diluar tembok istana ini, saudara orang bebas. Akhirnya di tahun 1990, saya bergabung ke setneg, dan banyak caci maki waktu itu, kalau sekarang mungkin disebut cebong," Jelas Yusril sambil tertawa.

Meski bergabung dengan pemerintah waktu itu, Yusril mengaku tak pernah memuji presiden secara berlebihan, sebagaimana yang pernah dilakukan Pak Harmoko. Yusril pun mengingat pesan kakeknya agar seperti ikan di laut, berenang di air yang asin tetapi tak menjadi ikan asin.

"Alhamdulilah sampai sekarang saya masih menjadi diri saya sendiri," Tegasnya. (Red.s)

Comments