Benarkah suara Khofifah cukup tinggi di kalangan Ibu-ibu? Mungkin banyak yang menyebut demikian, apalagi posisi Bu Khofifah sebagai Ketua Umum Muslimat NU Pusat. Sementara, hampir disetiap desa/dusun ada yasinan Ibu-ibu Muslimat seminggu sekali.
Forum-forum itu bisa "dibisiki" agar mendukung Khofifah. Toh tidak ada salahnya juga. Namun ternyata Ibu-ibu tidak semua berfikiran begitu, ada juga--meski belum tersurvey--yang tetap mengingingkan Gubernur laki-laki, atau berfikiran bahwa Gubernur ideal itu laki-laki.
Beda antara Bu Khofifah sebagai ketua Muslimat, yang hanya memimpin kaum Muslimat, dengan Gubernur sebagai pemimpin administratif sebuah Provinsi. Itulah barangkali, meski suara Ibu-ibu Muslimat itu sangat besar jumlahnya, namun Khofifah tetap kalah dalam dua kali Pilgub Jatim.
Bedanya, kali ini Khofifah berada di kubu Pakde Karwo, yang representasi kaum nasionalis. Suaranya mungkin akan bertambah. Meski ada yang menyebut bahwa suara konstituen PDIP juga besar di kubu Gus Ipul. Namun sosok Puti masih terlalu baru untuk diperkenalkan ke publik Jatim, orang belum banyak mengenal.
Dalam beberapa survey, popularitas Puti masih dibawah 30%. Masih kalah dibanding Emil Dardak yang hampir menyentuh 50%. Sementara popularitas Khofifah unggul sekitar 4-5% dari Gus Ipul. Lebih dari 90% warga Jatim sudah mengenal Khofifah dan Gus Ipul.
Dalam berbagai survey yang rilis bulan maret lalu, duet Khofifah-Emil hanya unggul tipis dari Gus Ipul-Puti. Keunggulannya kurang dari 3%. Bahkan survey litbang kompas hanya mengunggulkan Khofifah-Emil 0,5 persen.
Keunggulan yang sangat tipis ini tentu tidak bisa menjadi acuan, atau sekedar bayangan bahwa Khofifah-Emil akan menang mudah. Namun langkah Gus Ipul juga cukup berat, mengingat Khofifah adalah kompetitor yang cukup kuat dalam dua Pilgub (2008 dan 2013).
Uniknya, Pilgub kali ini hanya diikuti dua pasangan, yang orang sering menyebutnya "all NU final". Beda dengan dua Pilgub sebelumnya. Khofifah kini mendapat dukungan dari SBY dan Pakde Karwo. Suara NU pun sudah pasti terpecah. Diperkirakan hanya sekitar 11% yang belum menentukan pilihan.
Debat kandidat nanti akan menjadi moment penting, dimana para pemilih mungkin akan merubah pilihannya, sementara pemilih yang belum menentukan sikap, akan menjadikan debat kandidat sebagai tolok ukur.
Sejauh ini, dilihat dari aspek manapun, Khofifah-Emil masih unggul, meski sangat tipis. Kenapa debat kandidat akan sangat menarik? Sebab ada Emil Dardak, yang pada usia 22 tahun sudah meraih Ph.D di Jepang.
Debat mungkin akan berlangsung seru, datable, penuh gagasan, dan sinyal kemenangan Khofifah-Emil nampak lebih terlihat, meski kemungkinan-kemungkinan lain bisa saja terjadi. Peluang masih sama besarnya. []
Blitar, 6 April 2018
Ahmad Fahrizal Aziz
www.fahryzal.com
Comments
Post a Comment
Tinggalkan jejak komentar di sini