Menyelami Makna Puisi Tuhan Kita Begitu Dekat
Siapa yang tidak kenal dengan Abdul Hadi WM, selain sebagai aktivis pergerakan dan ulama, beliau juga seorang sastrawan terkemuka yang dimiliki republik ini. Sembari aktif di dunia pergerakan, yang mana saat itu beliau aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), abdul hadi sering membuat puisi-puisi yang indah penuh dengan hikmah. Ia adalah salah seorang penyair yang telah menghasilkan beberapa kumpulan sajak. Di antara karyanya adalah, Terlambat di Jalan , Laut Belum Pasang Cermin , Meditasi, Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai sanur , Tergantung pada Angin , dan Anak Laut Anak Angin. Ia mulai menekuni puisi sufistik sejak kuliyah di fakultas sastra dan fakultas filsafat University Sains Malaysia. Bahkan saat meraih gelas Ph.D ia menulis desertasi tentang tasawuf. Sejak itulah beliau terkenal dengan sastrawan sufistik.
Salah satu puisi Abdul Hadi yang menggetarkan jiwa bagi pembacanya adalah puisinya yang berjudul “Tuhan, kita begitu dekat”.
Tuhan, Kita Begitu Dekat
Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu
Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu
Abdul Hadi melalui puisi diatas mengungkapkan bahwa tidak ada pemisah antara makhluk dengan Tuhannya. Keduanya telah menjadi satu seperti menyatunya zat dengan sifat, menyatunya api dengan panas, kain dengan kapas, pandangan ini secara tidak langsung dapat menyatakan bahwa, tidak ada segala sesuatu yang lain kecuali Allah, semua menyatu dalam keesaan Allah dan seorang hamba selamanya akan bergantung pada kasih sayang Allah.
Tema besar yang diangkat oleh Abdul hadi Pada puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat” menggunakan tema ketuhanan, karena terdapat pada beberapa bait sang menyair mengatakan “Tuhan, Kita Begitu Dekat”. Bait “Tuhan, Kita Begitu Dekat” dalam puisi tersebut diulang tiga kali, hal ini menunjukkan bahwa antara penyair dan Tuhan telah terjalin komunikasi yang erat. Kita dapat merasakan dekat atau tidaknya dengan Tuhan (habluminallah) ukuranya adalah selalu berbuat baik dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa pun tanpa (habluminannas), karena merasa dirinya selalu diawasi Tuhan dimana saja ia berpijak.
Selain itu juga ada larik yang merupakan penjabaran dari bait yang diulang –ulang :Tuhan, kita begitu dekat”, Larik ketiga pada tiap bait tersebut berbunyi:
Sebagai api dengan panas (bait 1) mempunyai arti hubungan antara Tuhan dengan manusia. Kata sebagai merupakan kata untuk memperbandingkan secara tidak langsung antara dua benda atau lebih. Kata sebagai itu berarti pula sama pengertiannya dengan kata seperti, semisal, seumpama, dan seibarat. Kata api berarti cahaya yang berasal dari sesuatu yang terbakar atau nyala. Sedangkan kata denganberarti lagi pula, serta, dan sekalian atau bersamaan. Kata panasberarti terasa seperti terbakar atau terasa dekat dengan api.
Seperti angin dan arahnya (bait 2) merupakan perumpamaan secara langsung antara angin dengan arahnya. Kata angin berarti udara yang bergerak. Kata arah berarti jurusan, tujuan atau maksud yang dituju. Kalimat itu membayangkan adanya angin yang digerakkan menuju pada suatu titik atau sasaran tertentu.
Aku kapas dalam kainmu (bait 3) merupakan perumpamaan hubungan antara manusia dengan Tuhan yang diibaratkan sebagai hubungan antara kapas dalam kain yang melekat atau menyatu. Persatuan dari dua unsur yang telah menjadi satu itu tampaknya sulit untuk dipisahkan karena antarunsur sudah melebur menjadi satu kesatuan yang bersifat tunggal, utuh, dan terpadu.
Kedudukan manusia yang paling utama adalah sebagai Abdullah yang artinya sebagai Hamba Allah. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah maka manusia harus menuruti kemauan Allah, yang tidak boleh membangkan kepada-Nya. Dalam hal ini, manusia mempunyai dua tugas yaitu: pertama ia harus beribadah kepada Allah baik dalam pengertian sempit (sholat, puasa, haji, dsb.) maupun luas (melaksanakan semua aktifitas baik dalam hubungan dengan secara vertikal kepada Allah SWT maupun bermuamalah dengan sesama manusia untuk memperoleh keridoan Allah sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT dan Sunnah Nabi yang Shahiha). Kedua, sebagai khalifatullah.
Kalimat Sebagai api dengan panas, Seperti angin dan arahnya danAku kapas dalam kainmu adalah perumpamaan bahwa manusia hanya sebatas wayang dan Tuhan sebagai dalangnya. Apapun yang terjadi pada diri kita semua kehendak mutlak sang dalang. kita adalah wayang yang diberi rasa, namun apapun rasa yang menimpa kita, dalang jauh lebih tau akan hasilnya. tidak sulit menjalani arahan sang dalang, bila dijalani dengan ketaatan dan kepasrahan.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah),
“Aku itu dekat ....”
(QS Al Baqarah 186)
Khabib M. Ajiwidodo
Comments
Post a Comment
Tinggalkan jejak komentar di sini