Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content
Slide 1

Judul Slide 1

Deskripsi Slide 1

Slide 2

Judul Slide 2

Deskripsi Slide 2

Slide 3

Judul Slide 3

Deskripsi Slide 3

Jurnalis = Pendengar

Saat ikut ekstrakurikuler Jurnalistik, dan harus terjun menjadi wartawan, hal yang paling aku pikirkan kala itu adalah kemampuan bicara. Apalagi dalam berbagai diklat yang aku ikuti, seorang Jurnalis harus dituntut untuk aktif bertanya.


Sedikit demi sedikit, aku belajar untuk melatih kemampuan verbal. Meski itu tidak mudah, mengingat dasarnya aku sangatlah pendiam, dan demam panggung.


Tapi entah karena apa, keinginan untuk memperbaiki kemampuan komunikasi sungguh begitu besar. Karena bagiku kala itu, kemampuan bicara berada pada jalur yang sama dengan kemampuan menulis.


Sampai saat ini, jika orang baru mengenal, mungkin akan mengiraku pendiam. Hal itu tak salah, karena memang begitu adanya. Bahkan dalam berbagai dialog, jika tidak diminta berbicara, kadang aku cenderung diam.


Sampai suatu ketika, ada beberapa teman mengomentari tulisanku--atau sedikit memuji--kemampuan menulisku yang bisa mendeskripsikan sesuatu secara detail, meski tidak banyak bertanya ketika kejadian itu berlangsung.


Kala itu aku memang punya anggapan begini, kemampuan bicara dan bertanya itu ada kaitan dengan sifat dasar. Ada yang memang dasarnya suka bertanya dan banyak bicara. Tapi gak banyak yang ditangkap, atau diingat.


Aku yang memang punya karakter dasar pendiam, sebenarnya tidak sepenuhnya diam tanpa respon. Aku menyadari bahwa kurang begitu lihai dalam melakukan percakapan, mungkin kemampuanku adalah menyimak, menjadi pendengar.


Bahkan jika aku putar ulang rekaman wawancara yang pernah aku lakukan, ternyata durasinya cukup panjang, dan aku lebih sering melempar pertanyaan yang singkat-singkat.


Seharusnya aku aktif bertanya untuk lebih menggali data dari narasumber. Inilah yang kadang aku fikirkan setiap kali selesai wawancara, atau melakukan liputan. Merasa kurang mendapatkan cukup data.


Tapi tiap kali itu jadi tulisan, banyak yang menilai datanya sudah cukup, bahkan ada plus plusnya.


Berangkali aku memang terlalu asyik menjadi pendengar, sampai-sampai lupa untuk menggali lebih dalam. Meski kadang, narasumber yang aktif sekali bicara, sudah menjawab banyak hal bahkan sebelum kita mengajukan pertanyaan.


Jurnalis itu disatu sisi juga seorang pendengar, penyimak, yang kemudian menuliskan. Bertanya seperlunya. Meski sekarang aku tidak lagi terlibat penuh di dalamnya. []


A Fahrizal Aziz

Comments