Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Tokoh dan Sosial Medianya





Sosial media, terutama yang “publik share” semacam facebook, line, twitter, hingga instagram memang begitu menarik. Tak terkecuali bagi tokoh, baik itu artis, politisi, sampai akademisi. Mereka membuat akun media sosial dan share banyak hal, mulai dari kegiatan pribadi, sampai gagasan-gagasannya.

Banyak tokoh yang memiliki akun sosial media, paling banyak mungkin di twitter. Karena twitter lebih privatif. Twetnya pun hanya 140 karakter. Tidak perlu confirm seperti facebook. Tinggal follow, dan para follower sudah bisa mengikuti setiap update dari tokoh tersebut. Namun belakangan, ketika facebook memperharui layanan fanspage, termasuk dengan mencantumkan fanspage yang terverifikasi, membuat orang bisa membedakan mana fanspage palsu dan mana yang asli. Sehingga banyak tokoh kemudian mulai menggunakan fanspage facebook.

Selain twitter dan facebook, banyak tokoh kemudian juga menggunakan line dan instagram. Semuanya memiliki keunggulan masing-masing. Instagram lebih menonjolkan kekuatan gambar (picture power) dengan kemampuan editing cepat. Meski belakangan facebok dan twitter juga memiliki fitur yang sama. Tapi secara keseluruhan, facebook masih menjadi favorit karena long space. Uniknya, antar akun media sosial satu dengan yang lain juga bisa saling terhubung. Jadi, sekali posting bisa langsung menyebar ke beberapa akun media sosial yang kita miliki.

Selain sosmed diatas, memang ada sosmed populer lain semacam WA, BBM, dan Path. Tapi ketiga sosmed itu hanya dikhususkan untuk orang-orang tertentu. WA hanya untuk media chat, dengan kemampuan share yang signifikan pula. Path dan BBM adalah akun media sosial yang tidak bersifat publik. Hanya orang-orang yang kita perkenankan yang bisa melihat update kita di path dan BBM. Sosmed yang sebenarnya agak lumayan juga adalah telegram.

Saya sendiri membagi beberapa sosmed itu untuk share sesuatu. BBM biasanya saya gunakan untuk share hal-hal yang sedikit privat dan tidak untuk dishare ke publik yang lebih luas. Jadi ada ring-ring tersendiri.

Sosmed menjadi alternatif untuk media sharing, karena memang terjangkau. Kalaupun harus membayar, misalkan pengiklanan, harganya pun juga terjangkau. Selain itu, pengaruhnya juga lumayan signifikan. Apalagi jika likers dan followernyalumayan banyak. Belum lagi jika statement atau gagasan yang ia tulis di sosmed itu kemudian dijadikan sumber pemberitaan, entah di media online atau media konvensional. Pengaruhnya bertambah luas.

Saya sendiri dalam beberapa tahun belakangan menjadi stalker para tokoh-tokoh yang kebetulan bermain sosial media. Biasanya updatean mereka cukup valuable, kadang berisi informasi, gagasan, atau joke-joke segar. Bukan berisi curhatan cengeng dan apalagi umpatan. Kalaupun agak ‘nakal’, biasanya nakal secara argumentatif. Banyak hal bisa dipetik dari update sosmed para tokoh tersebut.

Kehadiran para tokoh di sosial media juga sekaligus memberikan iklim positif ditengah banyak pengguna sosmed yang lebih banyak ‘nyampah’. Saya sendiri, ketika membuka beranda facebook, serasa membuka buku. Banyak hal baru saya dapatkan dari updetan para tokoh, atau orang-orang yang menggunakan sosmed secara positif. Ini agak berbeda dengan awal-awal memiliki facebook dulu, sekitar tahun 2009 dan 2010, ketika membuka facebook, langsung disuguhi keluhan, umpatan, caci maki sampai gambar-gambar tidak senonoh. Akhirnya saya ‘bersih-bersih’.

Sekarang banyak tokoh menggunakan fanspage, jadi lebih mudah lagi untuk mendapatkan updatetan mereka. Ini membuat ber-sosmed menjadi lebih positif. Derasnya akses informasi memang harus diisi oleh hal-hal yang positif. Meski banyak tokoh yang sudah menggunakan sosial media, masih lebih banyak lagi tokoh yang tidak menggunakannya. Karena ber-sosmed memang tidak memberikan kredit point untuk kepangkatan, terutama kaum akademisi. Bagi politisi dan artist, ber-sosmed bisa jadi media untuk menyebarkan gagasan dan karyanya. Termasuk untuk membangun popularitas.

Karena bagaimanapun, sosmed kini menjadi arena terbuka dalam perang wacana dan gagasan. Kehadiran para tokoh tersebut, tentu akan memberikan warna tersendiri. (*)

Blitar, 30 September 2016
A Fahrizal Aziz
Blogger dan Aktivis Literasi

Comments