Komunitas menulis kerjanya ya menulis. Kalau bikin program ya bikin program yang bisa mewadahi orang buat bisa menulis. Tapi tujuan akhirnya adalah bisa menghasilkan karya tulis. Simpel sekali sebenarnya.
Kalau misalkan komunitas menulis, tapi tidak menghasilkan karya tulis, itu lucu.
Kemarin saya diundang salah satu LPM karena menyelenggarakan Diklat. Ini undangan ketiga. Komentar saya sederhana "ini kok diklat terus lalu kapan nulisnya? Mana medianya?"
Jangan sampai panitia hanya puas karena berhasil menjalankan program diklat dan pelatihan menulis, tapi tidak juga menghadirkan karya tulis. Tidak pula melahirkan kritisisme. Kalau begitu apa bedanya dengan EO?
Ini semacam paradoks tersendiri. Mending kurangi diklat-diklat, dan mulailah take action. Cari isu yang bisa dikritisi dan sampaikan kritik itu dalam bentuk tulisan.
Begitu pun komunitas menulis lain. Take action. Diklat menulis itu hanya faktor tambahan. Intinya adalah melahirkan karya tulis tersebut.
1 Maret 2016
A Fahrizal Aziz
Comments
Post a Comment
Tinggalkan jejak komentar di sini