Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Menulis berita perspektif keberagaman



Tanggal 4-6 Juli 2013, saya mengikuti Workshop Jurnalisme Keberagaman yang diadakan oleh Serikat Jurnalistik Untuk Keberagaman (Sejuk) di Hotel UMM Inn. Ada beberapa narasumber yang hadir mengisi acara, antara lain Direktur Sejuk Alex Djunaidi, Pengamat Komunikasi UI yang juga mantan wartawan Republika Ade Armando, Aktivis HAM UB Muktiono, dll.

Acara dipandu oleh beberapa instruktur dari Sejuk seperti Tantowi Anwari atau yang akrab disapa Thowik, dan juga Daniel Awigra. Peserta yang hadir beraneka ragam. Mulai dari lokal Malang, Jogja, Semarang, Bandung, hingga Bengkulu. Saya termasuk salah satu perwakilan dari Malang yang mendaftar secara reguler. Sisanya, dari Bestari UMM dan Undangan dari komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). Hadir juga perwakilan dari Syiah Ja’fariyah. Rata-rata yang hadir adalah aktivis LPM (Lembaga Pers Mahasiswa).


Selama tiga hari, kami mengikuti materi, diskusi, dan terjun langsung meliput peristiwa anti keberagaman. Kami meliput suasana rumah susun yang digunakan untuk menampung warga Syiah sampang yang terdera konflik. Lokasinya di Sidoarjo. Sebelumnya, kami sudah mendapatkan beberapa bekal terkait cara memperoleh dan menulis berita dalam perspektif keberagaman.

Selain itu, kami juga sedikit belajar tentang gender. Kebetulan, ada banyak peserta yang aktif dalam komunitas perempuan yang konsen terhadap isu-isu gender.

Dalam acara tersebut, kami mendapatkan empat buah buku berjudul “Jurnalisme keberagaman” “Islam dan Liberalisme” “Liberalisme arab” dan hasil konversi dari Tesis Alex Djunaidi yang diberi judul “PORNO”.

Pertemuan dengan lintas ideologi dan keyakinan tersebut membuat saya memahami banyak hal baru. Mulai dari Syiah dan tentunya Gender dan LGBT. Semoga perjumpaan tersebut menjadi titik tolak bagi saya pribadi untuk mencairkan ego golongan dan keyakinan. Karena hidup di dunia yang serba beranekaragam ini, butuh keterbukaan dan pemahaman yang cukup, agar terhindar dari konflik yang kontraproduktif.

Semoga.

Comments