Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Perayaan Hatedu di Blitar

27 Maret diperingati sebagai Hari Teater Sedunia (Hatedu). Para pegiat kesenian teater, khususnya di Blitar, mengadakan pertunjukan atau pentas seni untuk merayakannya. Meskipun perayaannya dimajukan tanggal 25 Maret, mengambil moment hari Minggu, agar para pelajar juga bisa ikut berpartisipasi.


***
Saya duduk di tribun penonton, bersama teman-teman Lingkar Pena yang baru saja "Kajian literasi rutin Ahad siang". Kajian kami di lantai II Perpustakaan, sementara Pensi Hatedu di Amphy Teater yang letaknya persis sebelah barat gedung Perpus, yang jadi satu dengan Museum tersebut.


Salah satu pengurus Lingkar Pena Blitar, Ahmad Radhitya Alam, juga tampil dalam Pensi itu sebagai individu, maupun bersama Teater Barra SMAN Talun, dan mungkin juga sekaligus panitia.


Acara tersebut diadakan Sanggar Mlasti (Movement Language Art Sound to Indonesia), yang juga didukung oleh DKKB, UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno, dan lain sebagainya.


Saya lihat juga banyak pegiat seni disitu, yang belum saya kenal namun sudah sering mendengar namanya. Termasuk dari Blitar Creativity Forum, ada Supri yang terlihat membantu persiapan acara. Di tribun lain ada teman-teman Bale latar, yang kami pernah bersama-sama mengadakan perayaan hari puisi di Istana Gebang tahun lalu.


***
Acara dimulai sekitar pukul 16.30. Sebelum dimulai, saya ngopi sejenak di sekitar lokasi acara, sembari berbincang banyak hal dengan Saiful dan Karas (IMM), yang sore itu ternyata juga menonton.


Karena hari libur, maka pengunjung pun lumayan ramai, terutama peziarah makam Bung Karno dari luar daerah.


Disekitaran acara, terlihat juga panitia yang nampak sibuk mempersiapkan sound system, yang sepertinya memang sedikit ada masalah. Tak nampak juga properti khusus, selain bangku panjang dan kurungan ayam berserta kain hijau.


Waktu saya kembali dari ngopi dan shalat ashar, Alam sedang membaca sebuah puisi diiringi gitar, yang sesekali, sang gitaris, menyahut dengan nyanyian. Suasana sore yang sedikit mendung itu menjadi syahdu seketika.


Dilanjutkan dengan pertunjukan teater Azhar dari MTsN 1 Blitar (Karangsari). Penampilan yang semacam "deklamasi bersama", dialog-dialog yang saling bersahutan dan tarian sederhana. Sebagai alumnus, tentu ada rasa senang sekaligus bangga bisa melihat almamater saya tampil.


Setelah itu, sebuah lagu legenda sepanjang zaman pun disenandungkan seorang perempuan berkacamata, yang sekilas mirip vokalisnya Banda Neira. Lagu "yang terlupakan" dari Iwan Fals tersebut menjadi sangat fresh.


Setelah break shalat magrib, acara pun dimulai kembali. Saya lihat di sudut atas tribun, sudah hadir Mbak Puput Amiranti dan Pak W Haryanto, pasangan penyair dan juga pegiat seni teater, yang pada kesempatan ini juga ikut membacakan puisi.


Selepas Isya, penonton pun semakin banyak, menyambut tiga penampil berikutnya : Lakon teater dari "Bulu putih" MAN Wlingi, dan sebuah "single dance" dari teater Adab bina Gayatri UNP Kediri.


Untuk mendramatisir suasana, lampu pun dimatikan. Tim panggung menata properti ; memasang kurungan ayam, menyelimutinya dengan kain hijau, lalu menaburi dengan bunga-bunga. Karena tak begitu fokus, saya tidak tahu kalau di dalam kurungan tersebut ada sesosok perempuan berbusana serba putih.


Saat instrument dibunyikan, "sangkar hijau" itupun bergerak-gerak. Bunyi sekumpulan orang yang menjerit, mendesah, dan entah apalagi, menambah suasana makin magis. Sejurus kemudian.. blasss!!! Sangkar terbuka.


Seorang perempuan terbebas dari kurungan, meliuk liukan tubuhnya, menari, berlari-lari, meraung, mencakar-cakar, membanting sangkar, dan menebas udara dengan selendangnya. Sampai pada akhirnya, ia pun tersungkur kembali.


Penampilan yang dahsyat, dan langka sekali. Permainan gerak, ekspresi, yang dipadukan instumentasi, benar-benar meletupkan emosi.


Memang tidak semua penampilan saya tulis disini, namun saya masih sempat menyaksikan penampilan teater Bara dari SMAN Talun yang mengangkat soal nasionalisme, yang salah satu penampilnya adalah Ahmad Radhitya Alam, si anak ajaib. Seniman muda yang masih kelas 2 SMA.


Belum sampai jam 9 malam, saya harus beranjak pulang. Perut yang mual, kantuk, dan badan yang menggigil terus mendera, meski sudah berulang kali saya oleskan minyak angin. Sebab hari itu saya memang kurang fit.


Sekali lagi, selamat atas perayaan Hari teater di Blitar tercinta ini, terkhusus untuk sanggar Mlasti yang sangat produktif mengadakan event kesenian semacam ini. Terus berkarya!


Tabik,


Blitar, 26 Maret 2018
Ahmad Fahrizal Aziz
www.fahryzal.com

Blogger dan Aktivis Literasi

Comments