Perjuangan Membangun Insight Blitar Media: Dari Domain Murah hingga Bertahan Enam Tahun
BLITAR — Perjalanan membangun sebuah media lokal bukan perkara mudah. Tapi itulah yang dijalani Insight Blitar Media sejak didirikan pada tahun 2019 silam oleh Ahmad Fahrizal Aziz, seorang blogger dan aktivis literasi di Blitar.
Kini, enam tahun kemudian, media ini masih bertahan, bahkan terus berkembang meski harus melewati jalan penuh tantangan.
Pada Maret 2025 lalu, Insight Blitar genap berusia enam tahun. Usia yang masih muda, tapi dalam waktu singkat ini, perjuangannya seperti menulis satu buku penuh babak jatuh bangun, terutama soal pendanaan dan sumber daya.
Pilihan Domain karena Budget
Di awal pendiriannya, Fahrizal dan dua rekannya sempat bermimpi menggunakan domain premium .id
agar terlihat lebih profesional dan nasionalis.
Tapi mimpi itu kandas setelah menghitung ulang biaya yang dibutuhkan. Domain .id
ternyata cukup mahal — sekitar Rp220.000 per tahun.
Jika dikalikan 10 tahun, angkanya tembus Rp2,2 juta. Belum lagi biaya perawatan website yang juga tak murah, apalagi jika harus mengandalkan server sendiri dan pengembang profesional.
Akhirnya, Insight Blitar memilih domain alternatif: my.id, yang jauh lebih ramah kantong. Harganya hanya Rp26.000 per tahun. Dalam sepuluh tahun, biaya totalnya hanya Rp260.000 — selisih hampir dua juta rupiah dibanding domain .id
. Bagi media kecil yang dibangun secara swadaya dan tanpa sokongan sponsor besar, keputusan ini adalah bentuk realistis dari perjuangan bertahan.
Dari Tiga Menjadi Lima
Di awal, Insight Blitar hanya dikelola oleh tiga orang. Mereka merangkap semua peran: menulis, mengedit, memotret, sampai menyebarkan tautan artikel ke media sosial. Tidak ada kantor, tidak ada gaji tetap, tidak ada meja redaksi yang megah.
Semua dilakukan dengan semangat kolektif dan dorongan untuk menciptakan media alternatif yang bisa menyuarakan Blitar dari sudut pandang warga.
Pandemi COVID-19 justru menjadi momentum perluasan tim. Ketika banyak orang berdiam di rumah, Insight Blitar mengadakan kelas menulis daring yang terbuka untuk umum.
Dari kelas inilah muncul bibit-bibit penulis muda yang kemudian bergabung membantu tim redaksi. Kini, total ada lima orang yang aktif terlibat, sebagian besar berasal dari alumni kelas menulis tersebut.
“Waktu pandemi, orang punya lebih banyak waktu untuk belajar. Kami manfaatkan itu untuk mencetak penulis-penulis baru,” ujar Fahrizal.
Bertahan dari Iklan dan Toko Online
Soal pendapatan, Insight Blitar tidak bergantung pada satu sumber saja. Mereka memadukan model iklan digital berbasis CPC (cost per click) dan CPM (cost per mille), yang meskipun kecil tapi tetap memberikan napas segar untuk operasional harian. Selain itu, media ini juga menerima iklan konvensional, termasuk promosi UMKM lokal, event komunitas, hingga advertorial dari institusi pemerintah.
Tak berhenti di situ, mereka juga mengembangkan lini usaha toko daring bernama Insight Online Market, yang menjual berbagai produk lokal, buku, dan merchandise komunitas. Strategi ini dilakukan bukan semata mencari profit, tapi juga memperkuat ekosistem yang saling mendukung: penulis lokal, pembaca lokal, dan produk lokal.
"Kalau hanya mengandalkan klik iklan, mungkin kami sudah lama menyerah. Tapi dengan diversifikasi usaha, setidaknya ada harapan untuk terus hidup," kata salah satu tim redaksi.
Tantangan Media Kecil
Bagi media skala lokal seperti Insight Blitar, tantangan bukan hanya uang. Akses ke narasumber, keterbatasan alat liputan, dan kadang minimnya apresiasi dari pembaca adalah realita yang dihadapi sehari-hari.
Tapi Fahrizal dan timnya memilih tetap jalan, meski pelan. Mereka percaya bahwa suara lokal tetap penting, bahkan semakin penting di era banjir informasi seperti sekarang.
Insight Blitar juga mencoba menjadi tempat belajar bersama. Tidak hanya sebagai media, tetapi juga sebagai komunitas literasi. Artikel yang diterbitkan bukan hanya soal berita, tapi juga opini, catatan budaya, kisah inspiratif warga, hingga dokumentasi peristiwa kecil yang luput dari radar media besar.
Menuju 10 Tahun
Dengan usia yang kini sudah menginjak tahun keenam, Insight Blitar punya mimpi baru: bertahan dan berkembang hingga satu dekade. Target itu terlihat sederhana, tapi bagi mereka, itu adalah tonggak penting yang sedang disiapkan perlahan.
“Kami ingin tetap ada, walau kecil. Tetap menulis, tetap berbagi, tetap menjadi ruang untuk warga Blitar yang ingin bersuara,” tutup Fahrizal.
Perjuangan Insight Blitar Media adalah cermin kecil dari semangat besar: bertahan di tengah keterbatasan, tumbuh bersama komunitas, dan percaya bahwa kata-kata masih punya kekuatan untuk mengubah, walau sedikit demi sedikit.
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini