Blitar Punya Cerita, dan Mereka Menuliskannya.
Ada yang berbeda di Aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Blitar awal Juni ini. Bukan soal buku-buku yang berjajar rapi. Bukan pula soal suasana tenang khas ruang baca. Tapi karena di ruangan itu, orang-orang serius sedang memilih cerita paling jujur tentang Kota Blitar.
Ya, ini tentang Lomba Menulis Novel tentang Kota Blitar Tahun 2025. Sebuah ajang yang mungkin tampak sederhana, tapi diam-diam menyimpan semangat besar: mengenalkan Blitar lewat cerita. Bukan lewat baliho atau spanduk wisata, tapi lewat fiksi. Fiksi yang dekat, hangat, dan (kadang) getir.
Tiga juri berkumpul selama dua hari, 2 dan 3 Juni 2025. Mereka membaca, berdiskusi, bahkan debat kecil-kecilan. Mana yang layak juara? Mana yang terlalu banyak drama tapi kurang Blitar-nya? Mana yang terlalu rapi tapi dingin?
Dan akhirnya, lahirlah enam nama. Enam penulis yang berhasil membawa Blitar jadi latar, tokoh, bahkan jiwa dari cerita mereka.
Ini daftarnya, simak baik-baik:
-
Miza Rahmatika Aini – Rasa yang Tak Pernah Mati: Wajik "cinta" Adinda – Juara 1
-
Andrian Restyorini, SE – Anak Langit Blitar, Bayang di Balik Nama – Juara 2
-
Esti Munafifah – Timpang – Juara 3
-
Hanien Firmansyah – Memoir – Juara Harapan 1
-
Resti Lukmawati, S.Pd. – Hamemayu Mulyaning Budoyo – Juara Harapan 2
-
Naila Hafidzah – Rumah – Juara Harapan 3
Tentu saja, lomba ini bukan soal siapa juaranya. Tapi soal siapa yang berani menulis. Karena menulis tentang kotamu sendiri itu tidak mudah. Terlalu banyak kenangan. Terlalu dekat untuk bisa jernih. Tapi para penulis ini berhasil.
Selamat untuk para pemenang.
0 Comments
Tinggalkan jejak komentar di sini