Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content
Slide 1

Judul Slide 1

Deskripsi Slide 1

Slide 2

Judul Slide 2

Deskripsi Slide 2

Slide 3

Judul Slide 3

Deskripsi Slide 3

Mie Ayam Karanglo yang Ngangenin


Cerita Laras #3
 
Hari ini, setelah puas menikmati kesegaran Es Pleret di alun-alun, aku bergegas menuju penginapan.  Aku telah memesan kamar melalui aplikasi, sebuah penginapan vintage di Jalan Tanjung.

Penginapan sederhana dengan harga terjangkau, sesuai dengan kantongku yang tipis. Bagaimanapun juga, aku pernah menghabiskan enam tahun lebih masa hidupku di kota ini, sejak SMP hingga SMA.
 
Saat memasuki kamar, aroma kayu dan kapur barus langsung menyergap indra penciumanku.  Bau khas penginapan tua yang selalu membuatku merasa tenang.  

Aku meletakkan tas dan segera berganti baju.  Sore ini, aku ingin menikmati cita rasa mie ayam yang sudah lama kurindukan, Mie Ayam Karanglo.
 
Ingatan tentang mie ayam yang gurih dan kuahnya yang hangat membuatku tak sabar.  

Aku pun menghubungi Fahrizal, adik kelasku semasa SMA, seorang pegiat literasi yang baik hati. Dia lah yang menjemputku dan mengajakku berkeliling kota sore ini.
 
"Rizal, kamu di mana? Aku sudah sampai di penginapan," kataku melalui pesan singkat.
 
"Aku di rumah, Mbak.  Tunggu sebentar, aku jemput," jawabnya singkat.
 
Tak lama kemudian, Fahrizal datang menjemput.  

"Wah, Mbak, lama banget nggak ketemu.  Makin cantik aja," candanya sambil tersenyum.
 
"Kamu juga, Rizal, makin gagah.  Eh, kamu masih suka baca buku?" tanyaku sambil tertawa.
 
"Tentu, Mbak.  Aku sekarang malah sering menulis cerpen dan puisi," jawabnya dengan semangat.
 
Kami berbincang hangat selama perjalanan menuju Mie Ayam Karanglo. Fahrizal bercerita tentang kegiatan literasinya dan perkembangan kota Blitar.  Aku pun bercerita tentang kesibukan dan pengalaman hidupku di Jakarta.
 
Setibanya di warung Mie Ayam Karanglo, aroma gurih langsung menyerbu hidungku. Kuahnya yang bening dengan taburan daun bawang dan seledri tampak sangat menggugah selera.
 
"Mie ayamnya masih sama enaknya, Rizal?" tanyaku.
 
"Tentu, Mbak. Rasanya masih khas, nggak berubah dari dulu," jawabnya sambil tersenyum.
 
Kami pun menikmati mie ayam dengan lahap. Cita rasa mie ayam yang gurih dan kuahnya yang hangat benar-benar mengobati kerinduanku. Ini lah salah satu yang kukangeni dari Blitar.
 
Sore ini, aku merasa nostalgia kembali ke masa SMA. Kota Blitar yang dulu ku kenal, kini terasa lebih hidup dan penuh warna.  Aku bersyukur bisa kembali ke sini dan merasakan keakraban kota yang telah menjadi bagian dari hidupku.

Comments