Senin, 10 Februari 2020
Seberapa tampan sosok Romeo, dan seberapa cantik Juliet?
Imajinasi itu buyar ketika Romeo diperankan oleh Leonardo Dicaprio, aktor hits yang sangat lekat dengan figur Jack Dawson dalam film Titanic.
Saking tampannya sosok Dicaprio, dulu saya merasa mirip. Bahkan ketika potong rambut pun inginnya seperti Dicaprio.
Kala teman-teman SD masih mengidolakan trio kwek kwek, Joshua Suherman, dan sederet selebritis cilik lainnya, saya sudah mengidolakan Dicaprio, dengan akting super kerennya di film Titanic serta Romeo and Juliet.
Padahal, film itu tercantum keterangan khusus dewasa. Dulu ada keterangan di pojok kanan atas, SU (semua umur), BO (bimbingan orang tua), dan Dewasa.
Film Romeo and Juliet pun ditayangkan hampir tengah malam, saat anak-anak sudah tertidur lelap.
Tetapi, kan saya menontonnya lewat VCD, yang dulu banyak sekali persewaan kasetnya. Nyewanya menggunakan KTP bapak. Saya bilang ke kasirnya : disuruh bapak. Padahal saya tonton sendiri.
Sebab anak di bawah umur tidak boleh meminjam kaset film "orang dewasa", bolehnya meminjam film anak-anak, yang kala itu ada hanya Petualangan Sherina. Lainnya kartun-kartun tak jelas seperti Tom and Jerry, yang adegannya lari-larian dan pukul-pukulan.
-00-
Kisah Romeo and Juliet menjadi sangat legendaris, dan tiada tanding. Padahal kisah mereka tragis.
Menginjak Aliyah, kala membaca Di Bawah Lindungan Kabah dan Tenggelamnya Kapan Van Der Wicjk, kesan saya juga tragis. Apakah kisah cinta selalu setragis ini?
Dua novel Buya Hamka itu sebenarnya sama-sama memunculkan kisah cinta, yang berbeda kasta dan budaya. Antara Hamid dan Zainab serta Zainudin dan Hayati.
Dibanding kisah Romeo dan Juliet yang super fiksional itu, karya Hamka sebenarnya lebih menemukan konteks sosialnya di Indonesia.
Namun ya, namanya juga novel. Kompleksitas alur menjadi suatu yang seru. Namun kematian Romeo memang bikin kesal, apalagi ketika Juliet menenggak obat tidur yang membuatnya seperti mayat selama 48 jam itu, terbangun sesaat Romeo meminum racun.
Lalu ia pun menusuk dirinya dengan pisau. Semua mati. Dua tokoh utama, Romeo dan Julia sama-sama mati. Termasuk pangeran Paris yang akan dijodohkan dengan Juliet. Persis seperti roman Siti Nurbaya yang tokohnya mati satu per satu.
Mematikan tokoh mungkin cara paling mudah mengakhiri cerita.
-00-
Keasyikan sejak remaja membaca novel dan menonton film, kadang membuat saya hanyut dalam ruang imajinasi. Film-film dari Italia memang seru.
Selain Romeo and Juliet, saya juga sempat hanyut dalam serial Da Vinci's Demons. Serial itu sangat menarik karena mengaitkan Republik Florence dengan Vatikan, Vlad si Vampir Buta, dan Kerajaan Islam Turki Usmani.
Sebuah drama fantasi sejarah, yang salah satu tokohnya (teman Davinci) bernama Niccolo Machiavelli. Tokoh terkenal penulis Il Principe, yang sangat berpengaruh di era Benito Mussolini.
Sebab itu sekarang saya lebih banyak menulis esai, menyerap ide dari kehidupan sehari-hari, agar tak tercerabut dari realitas karena saking seringnya membaca novel fantasi.
Setelah itu saya tersadar, bahwa faktanya saya tak setampan Romeo (Leornado Dicaprio). Selana ini hanya sekadar imajinasi untuk menghibur diri. []
Pusat Kuliner, Blitar
Ahmad Fahrizal Aziz
Comments
Post a Comment
Tinggalkan jejak komentar di sini