Apa yang kita lakukan ketika suntuk atau memiliki waktu luang? Bernyanyi, melukis, memahat, mengutak atik benda elektronik, merajut, bermain alat musik, bikin desain di corel draw/photoshop, berpuisi, nulis novel, atau hal lain?
Meski bagi sebagian orang, hal-hal diatas bukan lagi kegiatan sampingan, melainkan kegiatan utama, mata pencaharian dan sekaligus hobi yang ia kerjakan dengan penuh kegembiraan.
Di televisi atau internet, mungkin kita sering melihat seorang menteri, atau bahkan presiden, ternyata bisa bermain musik bahkan bernyanyi. Rasanya memang sangat kontras dengan pekerjaannya, yang serba administratif, serba "otak kiri". Lantas, kapankah waktu mereka mempelajarinya?
Pada kesempatan yang lain, kita mungkin pernah menemui seorang birokrat atau politisi yang fashionable. Seolah penampilan tak kalah penting dengan pekerjaannya melayani masyarakat. Ternyata tidak hanya artis, pejabat pun bisa sangat artistik.
Jiwa seni juga nampak dari desain rumah ; hiasan yang menempel, interior dinding, bentuk kursi atau meja, cangkir yang digunakan untuk menyuguhkan minuman, sampai toples untuk menyimpan makanan ringan. Jika bertamu ke rumah seseorang dan mendapati hal demikian, barangkali kita langsung menebak sense of art pemiliknya.
Ketika masih sekolah/kuliah, mungkin kita memiliki teman yang lebih mementingkan kegiatan teaternya daripada hadir di kelas. Ada pergulatan bathin antara pendidikan dan kecintaannya menekuni seni peran.
***
Sejujurnya, berkesenian bagi mereka yang jiwa seninya sudah meletup-letup, ibarat "pulang ke rumah", sekalipun pada akhirnya mereka bekerja di bidang yang barangkali, sangat berkebalikan. Meskipun untuk melampiaskan hobi atau jiwa seninya, harus menanti waktu luang disela pekerjaan rutinnya.
Setiap orang memiliki kreatifitas, sense of art atau jiwa seni, hanya seberapa serius kah itu diasah? Pada kondisi tertentu, kemampuan seni tersebut bisa menjadi pelampiasan, juga semacam "alat" untuk memaknai hidupnya.
Jiwa seni sangatlah penting untuk terus dirawat, diasah, dikobarkan. Sebab itulah yang membuat hidup memiliki rasa. Tidak hambar, formal, dan menjenuhkan. []
Blitar, 14 Maret 2018
Ahmad Fahrizal Aziz
Ahmad Fahrizal Aziz
Comments
Post a Comment
Tinggalkan jejak komentar di sini