Kartu kuning yang diacungkan Zaadit Taqwa, ketua BEM UI, kepada Presiden Jokowi memicu tafsir ganda. Meski selepas itu ada Konferensi Press yang menjelaskan lebih detail alasan kenapa kartu kuning tersebut diajukan.
Setidaknya ada tiga hal besar yang disorot. Yaitu soal wabah kelaparan yang melanda suku asmat di Papua, pengangkatan Perwira tinggi sebagai Plt Gubernur, dan Permendikti tentang organisasi mahasiswa.
Aksi dramatikal itu berhasil merebut perhatian publik, sehingga selepas aksi tersebut mereka bisa melakukan konferensi press untuk menyampaikan aspirasi, dan diliput secara luas.
Kartu kuning juga bisa ditafsirkan berbeda. Dalam sepak bola, pemain yang terkena kartu kuning berarti telah melakukan pelanggaran secara sengaja, sehingga tidak boleh diulangi. Meski kesengajaan tersebut sangat bergantung tafsir si wasit.
Seorang defender atau striker tidak akan mendapat kartu kuning kalau misal bolanya menyentuh tangan tanpa sengaja. Tapi akan diganjar kartu kuning kalau memegangnya dengan sengaja, ketika permainan sedang berlangsung.
Artinya, mungkin ada banyak kesalahan yang secara sengaja dilakukan Presiden Jokowi atau para pembantunya, yang harus diberikan kartu kuning. Ya, agar berhati-hati lagi, apalagi ini tahun politik.
Selain itu, warna kuning juga sejalan dengan warna almamater UI, yang mana menteri-menteri Jokowi lulusan UI juga hadir di forum dies natalis tersebut.
Warna kuning juga identik dengan Partai Golkar. Partai yang saat ini sangat dekat dengan Jokowi, dan bahkan lebih dekat dari PDIP, yang notabene partai pengusungnya. Golkar dikenal sebagai Partai yang gesit dan lincah.
Sejak reformasi, Golkar sekali menang pemilu, dan pemilu terakhir (2014) berada di posisi kedua. Pada dua Pilpres sebelumnya, 2004 dan 2009, Golkar mencalonkan Presidennya sendiri. 2014, Partai beringin ini mendukung pasangan Prabowo-Hatta.
Sayang, yang diusung atau didukung Golkar belum pernah sekalipun menang. Sementara 2019, Golkar secara mantab mendukung kembali Jokowi sebagai Capres.
Kartu kuning bisa bermakna ganda. Selain peringatan agar berhati-hati, dalam konteks aksi Ketua BEM UI kemaren, mengingatkan pada kita bahwa kritisisme harus terus dirawat. []
Blitar, 3 Februari 2018
Ahmad Fahrizal Aziz
www.fahryzal.com
Comments
Post a Comment
Tinggalkan jejak komentar di sini