Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Dilema Prabowo, diantara PAN, PKS, atau Demokrat?



Jika memang akan maju lagi sebagai Calon Presiden, kira-kira siapa yang akan dipilih Prabowo sebagai Wakilnya?

2014 silam akhirnya pilihan jatuh kepada Ketua Umum PAN, Hatta Radjasa, meskipun ada Parpol koalisi yang suaranya lebih besar, yaitu Golkar. Sayangnya waktu itu, Golkar agak terlambat bergabung. Sejak Reformasi, untuk pertama kalinya Golkar tidak mengusung Capres sendiri. Meskipun Capres yang diusungnya selalu kalah ; Wiranto (2004), Jusuf Kalla (2009), dan Prabowo (2014).

2019, Golkar sudah mantab mendukung Jokowi. Itu berarti, kemungkinan terdekat Koalisi Gerindra tak banyak berubah dengan 2014 silam. PAN, dan terutama PKS akan menjadi koalisi yang mungkin paling setia. Meskipun PAN sepertinya juga masih menimang-nimang, sama halnya dengan PKB di koalisi Jokowi.

Figur Dzulkifli Hasan sebagai Ketua Umum PAN, dan sebagai Ketua MPR RI tentu sangat menguntungkan, apalagi belakangan banyak juga poster dan baliho yang tersebar, yang rasa-rasanya adalah salah satu strategi untuk memperkenalkan sosoknya. Meski tidak secara spesifik, apakah sebagai capres atau cawapres.

Sementara melihat loyalitasnya sebagai oposisi, PKS tentu memiliki kedekatan tersendiri dengan Gerindra, sekalipun suaranya dibawah PAN. Sosok-sosok seperti Ahmad Heryawan, Hidayat Nur Wahid, atau Anies Matta mungkin juga patut dipertimbangkan. PKS pun disatu sisi memiliki nilai tawar tersendiri.

Sayangnya, nama-nama diatas jika dilihat dari sisi popularitas, merujuk dari berbagai survey, masih dibawah dari “jagoan baru” Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sementara posisi Demokrat masih bebas. Mau ke kanan atau ke kiri, masih terbuka kemungkinan.

Nama lain, non parpol, yang tingkat popularitasnya tinggi antara lain adalah Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Memang ada nama Anies Baswedan, namun rasanya mustahil akan maju Pilpres, sebab baru 100 hari lebih mejabat Gubernur DKI, dan perkiraan bulan Agustus ini nama pasangan Capres dan Cawapres 2019 sudah muncul.

Karena dilema itulah berangkali, Prabowo tak lekas menentukan apakah dirinya akan maju kembali sebagai Capres. Beberapa pengamat menganalisis jika kemungkinan Prabowo tidak maju lagi, dan akan menyokong sosok lain yang lebih muda. Akan tetapi, dari survey manapun, hanya Prabowo yang menjadi penantang sepadan Jokowi.

Namun barangkali juga ada rasa lelah yang mungkin menghinggapi, mengingat betapa panjang perjuangan Pak Prabowo, sejak 2004 ikut konvensi Capres Golkar namun kalah dari Wiranto, lalu 2009 maju sebagai Cawapres mendampingi Megawati dan kalah dari SBY. 2014 maju kembali sebagai Capres dan kalah dari Jokowi. Tentu selain waktu, sudah banyak juga dana yang dikeluarkan.

Tahun depan usia Pak Prabowo masuk angka 69. Posisinya sebagai tokoh sentral Partai kini setara dengan Megawati dan SBY, yang sudah memutuskan “pensiun” di panggung depan. Masalahnya hampir tidak ada nama sepadan yang bisa diajukan menyaingi Jokowi.

Akankah Pak Prabowo maju kembali sebagai Capres? Mungkin akan maju, namun siapa yang akan mewakilinya, tentu menjadi pertimbangan yang teramat penting, dan mungkin juga sangat dilematis.

Blitar, 8 Februari 2018
Ahmad Fahrizal Aziz
www.fahryzal.com

Comments