Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Gus Dur, diantara Khofifah dan Gus Ipul



Figur Gus Dur sangat melekat pada dua sosok ini. Gus Ipul yang memang keponakan Gus Dur, sementara Khofifah sering disebut "anak ideologis" Gus Dur.

Sewaktu hampir lulus Aliyah, Gus Dur bertanya hendak melanjutkan kemana? Gus Ipul menjawab ingin jadi guru. Gus Dur lalu mengatakan kalau Gus Ipul tidak cocok jadi guru, dan kemudian diajaklah ke Jakarta.

Sampai kemudian Gus Ipul menjadi Politisi besar seperti sekarang ini. Pernah menjadi anggota DPR RI dari FPDIP, Menteri, sampai Sekjend PKB.

Beda halnya dengan Khofifah, sejak remaja ia sudah mengagumi Gus Dur lewat esai-esai di media massa, sampai akhirnya bisa bertemu pada sebuah forum seminar di tahun 1992.

Khofifah juga lah yang menyiapkan berkas-berkas pencalonan Gus Dur sebagai Presiden, yang pada akhirnya Gus Dur menang dalam voting di Parlemen mengalahkan Megawati.

Bagi Gus Dur, keduanya adalah anak emas. Meski selalu berkontestasi dalam arena politik. Tahun ini sepertinya juga demikian, bahkan lebih sengit. Sebab sama-sama Calon Gubernur.

Pada sisi lain, ini juga menunjukkan betapa hebatnya Gus Dur "membesarkan orang". Dibalik nama besarnya, ada nama-nama lain yang juga bermunculan.

Namun figur Gus Dur juga tidak lepas dari kontroversi, dan sepertinya itu konskwensi. Sebagaimana Buya Syafii Maarif di Muhammadiyah.

Buya juga sering pasang badan "melindungi" anak-anak mudanya, terutama yang sedang berdiaspora ke berbagai Universitas di dunia. Tak jarang bermunculan caci maki, bahkan dari kader dan warganya sendiri.

Insyaallah tulisan khusus tentang keduanya akan saya buat tersendiri.

***
Antara Khofifah dan Gus Ipul, keduanya adalah tokoh yang brilian. Sehingga, bagi warga Nahdliyin, entah Khofifah atau Gus Ipul yang nantinya menjadi Gubernur, mungkin itu bukan persoalan.

Meski barangkali tetap ada ketegangan politik, namun tidak akan sekeras di DKI Jakarta.

Jika akhirnya mentok dua pasang saja, sebagai warga Jatim, yang nantinya juga memiliki hak suara, tak ada salahnya untuk berkata, mungkin kini saatnya Bu Khofifah, setelah sekian lamanya. []

Blitar, 3 November 2017
Ahmad Fahrizal Aziz
www.fahryzal.com


Comments