Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

SAATNYA ULAMA-ULAMA MUHAMADIYAH MEMILIKI DAN MENGASUH PESANTREN SENDIRI



Sebagai oraganisai besar dengan amal usaha besar MUHAMADIYAH belum berbanding. Ada ribuan amal usaha mulai dari PAUD, TK, sekolah dasar hingga perguruan tinggi, pesantren, rumah sakit, panti asuhan dan bait amal. Semua dikelola profesional. Hal yang membuat ormas lain di manapun bakal ngiri.

Puluhan perguruan tingginya mendapat penghargaan internasional. Pun dengan sekolah menengah umum dan kejuruannya. Puluhan Rumah sakit MUHAMADIYAH sebentar lagi bergabung dalam satu holding, siapa tak ingin.

Pendek kata, sebagai organisaai besar MUHAMADIYAH menjadi rujukan dan barometer pengelolaan. Namun juga bukan berarti tanpa cela. Amal usaha yang dominan kerap menimbulkan kelambanan dalam bergerak terutama pada tataran aspek pemikiran. Porsi kebaharuan pemikiran sebagaimana digagas di awal pergerakan perlahan terkurangi.

*^*
Banyak pemikir dan ulama-ulama MUHAMADIYAH tidak "terpakai" setelah purna tugas di Persyarikatan. Mereka menjadi jamaah biasa. Tak mengapa memang, tapi alangkah baiknya jika mereka masih tetap bisa eksis sesuai kapasitasnya. Menjadi ulama yang mengasuh sebuah pesantren, punya halaqah atau majelis barangkali lebih bijak. Bukan pesantren milik Persyarikatan, tapi pesantren yang di kelola dari hasil jerih payah sendiri.

Agar ada keseimbangan sayap di Persyarikatan. Kita sudah sangat besar, ada baiknya mengembangkan sayap lagi dengan mendorong dan memberi ruang kepada ulama-ulama dan cendekiawan MUHAMADIYAH tetap eksis bergerak meski sudah purna menjadi pengurus Persyarikatan.

Setidaknya dua keuntungan bisa diraih pertama, ulama-ulama MUHAMADIYAH tetap berdaya pasca purna tugas di Persyarikatan dan ke dua ada ribuan bahkan ratusan ribu jamaah MUHAMADIYAH yang belum disentuh oleh pengurus bisa diwadahi. Ketiga, pesantren yang dikelola mandiri akan menjadi penyokong dan penguat Persyarikatan .

*^*
Teringat seloroh Gus Dur saat kami undang menjadi pembicara utama tentang budaya dan agama tahun 1995 di kampus 3 UMM kala itu ; "NU itu miskin tapi pengurusnya kaya-kaya, sebaliknya MUHAMADIYAH itu kaya raya tapi pengurusnya miskin-miskin". Hanya sekedar canda tapi sangat mengena.

Hampir semua pesantren di NU adalah milik para kyai NU bukan milik NU. Sebaliknya semua aset di MUHAMADIYAH adalah milik Persyarikatan bukan milik orang Muhammadiyah. Sejak mula dua ormas ini memang selalu berpasangan, meski tidak janjian.

Kami hanya mengurus bukan pemilik. Andai keduanya bisa dikembangkan sekaligus patsti menarik. Agar dua sayap itu berjalan imbang beriringan. Kuat amal di Persyarikatan dan kuat amal di kalangan personal.
Hanya wacana semoga menjadi renungan bersama. Apa salahnya kita coba.

Selamat hari santri. .. ...




@nurbaniyusuf
Ketua PDM Kota Batu
Penggiat Komunitas Padhang Makhsyar


posted from Bloggeroid
Blogger dan Aktivis Literasi

Comments