Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Paguyuban Srengenge Menggelar Bedah Buku Benturan Ideologi di Muhammadiyah



Untuk memperkuat ideologi dan dakwah Muhammadiyah di Blitar, Paguyuban Srengenge bekerjasama dengan Korcab Fokal IMM Blitar dan IMM Cabang Blitar mengadakan bedah buku berjudul “Benturan Ideologi di Muhammadiyah” karya Sholihul Huda, SHI, M.Fil.I, dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya sekaligus Anggota Majelis Tabligh PWM Jatim. Acara digelar di Aula Bapemas Kota Blitar (04/09/16).

Hadir dalam acara tersebut Pimpinan Daerah Muhammadiyah Blitar raya, Ortom, dan Ta’mir Masjid. Acara dikemas secara interaktif dengan menghadirkan dua panelis sebagai pembanding, yaitu Erfa’i (Ketua PDPM Kab. Blitar) dan Mustakim (Sekretaris PDPM Kota Blitar), serta dimoderatori langsung oleh A Fahrizal Aziz (Ketua Paguyuban Srengenge). Buku tersebut merupakan hasil penelitian penulis yang secara kasuistik terjadi di Lamongan, yang notabene adalah basis Muhammadiyah di Jawa Timur.

Dalam pemaparannya, Sholihul menjelaskan jika banyak kader Muhammadiyah yang tertarik untuk bergabung dengan FPI (Front Pembela Islam), hal itu dikarenakan lemahnya internal Muhammadiyah sendiri, terutama dalam pemahaman ideologi. “Maka penting bagi kader Muhammadiyah untuk membaca ulang Muhammadiyah itu sendiri,” ucapnya.

Sementara Erfa’i mengingatkan, agar jangan sampai melakukan “poligami’ di dalam Muhammadiyah, terutama dalam hal ideologi. Banyaknya kader-kader Muhammadiyah yang bergabung dengan ideologi garis keras menunjukkan jika kader Muhammadiyah sendiri kurang memiliki militansi, sehingga bisa bergabung dengan organisasi-organisasi lain yang sebenarnya justru bertolak belakang dengan Muhammadiyah.

Panelis ketiga, Mustakim lebih menyoroti dari segi empiris. Di Blitar sendiri benturan ideologi juga terjadi, terutama jika melihat latar belakang kader sejak masih Pelajar maupun Mahasiswa. “Tidak semua kader Muhammadiyah itu dulunya ikut IPM dan IMM, tapi ada yang HMI dan PII. Untuk itulah keberagaman ini menjadi sesuatu yang tak terhindarkan, asal jangan sampai ketika sudah di Muhammadiyah ideologi lama itu dibawa,” jelas Mustakim.

Dalam acara tersebut juga ada sesi tanggapan dari Pimpinan Muhammadiyah, Aisyiyah dan Ta’mir Masjid. Dengan adanya diskusi dan bedah buku tersebut, diharapkan kader-kader Muhammadiyah memiliki pandangan yang lebih utuh terhadap ideologi Muhammadiyah sendiri, serta mengantisipasi kemungkinan terjadinya benturan ideologi di Muhammadiyah. (red.s)
Blogger dan Aktivis Literasi

Comments