Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

IMM dan Cerita-cerita di Malam Minggu


Akhir pekan tiba. Beberapa kader komisariat membuat rencana "malam mingguan", apalagi jika masuk bulan Maret dan April, Oktober atau November. Malam Minggu kami cukup padat.

Bulan-bulan itu, sebagian besar komisariat IMM di Malang menggelar DAD (Darul Arqom Dasar). Akhir tahun biasa digelar DAD 1, Awal tahun DAD 2. Sebagian komisariat bahkan bisa menggelar beberapa kali DAD sebab banyaknya pendaftar baru.

Ketika ada komisariat menggelar DAD, maka komisariat lain akan berkunjung silih berganti. Saat itu (kalau tidak keliru) ada 21 komisariat IMM se-Malang raya. Kini jumlahnya sudah bertambah.

Saat menjadi kader, aku sering ikut keliling kunjungan. Itu sudah menjadi tradisi di IMM Malang. Tidak hanya kunjungan DAD, namun juga TMO/DMO atau Musyawarah Komisariat (Musykom).

Kunjungan itu menyenangkan karena serasa jalan-jalan. Sebagian besar kegiatan komisariat digelar di Kota Batu. Terutama di Balai Desa, Sekolah atau Villa. Bisa lebih dari 5 komisariat yang menggelar agenda secara bersamaan di lokasi yang berbeda. Kami pun mengatur jadwal, Sabtu ke komisariat A dan B. Minggu ke komisariat lainnya.

Kunjungan itu tak ubahnya seperti anjangsana saat Idul Fitri. Kadang kami sebagai tuan rumah yang harus menyambut tamu, kadang juga sebagai tamu yang berkunjung ke pemilik hajat.

Rata-rata kunjungan di atas jam 9 malam, sampai menjelang pagi. Pernah juga kunjungan di Minggu pagi, sembari mampir sarapan Pecel Blitar di dekat Alun-alun Kota Batu, atau menepi menikmati suasana pegunungan.

Kunjungan DAD adalah momentum keakraban yang begitu khidmat. Beberapa gelas kopi disajikan beserta camilan dan terjadilah perbincangan segar terkait tema apapun. Perbincangan terasa hangat meski suasana Kota Batu begitu dingin. 

Saat ikut DAD pada November 2009, aku merasakan suasana berbeda saat banyak yang mengunjungi kami. Seperti mendapat energi tambahan.

Saat itu, peserta DAD angkatanku hanya 7 orang. Plus panitia dan instruktur, barangkali sekitar 20 orang. Namun ketika tiba saat kunjungan, jumlahnya bisa membludak. Seperti digeruduk orang sekampung.

Sebab beberapa komisariat datang dengan rombongan yang cukup banyak. Terutama komisariat-komisariat dari UMM. Jika kunjungan mereka bertepatan saat materi teknik persidangan, biasanya para pengunjung ikut masuk forum. Ruangan jadi penuh sesak. Ternyata IMM banyak ya kadernya, batinku kala itu.

Tak diduga juga, kunjungan-kunjungan itu jadi momentum reuni alumni Ponpes atau SMA yang sekarang beda kampus. Misalnya alumni Ponpes Karangasem Lamongan, atau Pondok Persis Bangil. Seingatku itu yang paling banyak. Ada juga reuni alumni Gontor.

Aku juga kadang bertemu teman Aliyah yang akhirnya ikut IMM, khususnya mereka yang kuliah di UMM.

-00-

Saat naik menjadi pimpinan cabang, tugasku pun bertambah. Kadang ditugaskan mewakili ketua umum membuka acara. Pimpinan cabang seperti mendapat tugas paten membuka dan menutup acara komisariat.

Selain juga diminta menjadi pemateri DAD. Aku paling sering dimintai mengisi materi Logika Berpikir dan Ke IMM-an, sesekali saja mengisi Ke-Muhammadiyahan atau Ke-Islaman, Germa hingga Kejurnalistikan.

Apalagi ketika aku menjadi koordinator instruktur pasca LID 2011. Aku jadi sering diundang menjadi pemateri TMO, DMO atau LIK. Bahkan diminta menjadi instruktur, terutama untuk komisariat yang baru terbentuk seperti IMM Universitas Kanjuruhan.

Gara-gara "tugas organisasi" itu, aku jadi rajin membaca buku. Sebab, kader IMM Malang itu terkenal kritis. Saat Musyda atau Muktamar, kader dari Malang mungkin yang paling "cerewet", sering order dan question yang membuat pimpinan sidang harus bekerja lebih keras.

Begitupun ketika diundang mengisi kajian-kajian di komisariat, aku harus membekali diri dengan wawasan yang cukup. Sebab, periode kedua di cabang aku sempat menjadi Kabid Riset dan Pengembangan Keilmuan (RPK). Suatu posisi yang cukup berat terlebih di IMM Malang.

Karena saat itu ( mungkin sampai saat ini) Malang termasuk salah satu dari 3 poros Intelektual IMM, selain Ciputat dan Yogyakarta. Sehingga mengelola bidang RPK terasa begitu menantang.

-00-

Meski sudah domisioner, ingatan malam mingguan bersama IMM itu begitu membekas. Dulu kami menyebutnya malam mingguannya aktivis.

Kegiatan-kegiatan IMM mengisi sebagian besar malam mingguku selama 7 tahun di Malang. Suatu masa penempaan yang memberikan banyak pengalaman berharga.

Selamat Milad ke-57 IMM. Jayalah IMM Jaya.

Blitar, 14 Maret 2021
Ahmad Fahrizal Aziz

Comments