Alamat

Jalan Trisula 32 Kademangan, Kabupaten Blitar./ Rumah Gendola Blitar. | Insight Blitar adalah media informasi, bukan produk Jurnalistik.

For you

Artikel Lainnya

Skip to main content

Guru Mulia bukan karena Gaji





Ada sebuah meme yang menghadirkan dua gambar berbeda. Yang satu menggambarkan seorang selebritis yang dibayar tinggi, yang satu menggambarkan seorang guru yang dibayar standart. Di gambar itu ada kata begini : Kerja main-main tapi gaji beneran. Kerja beneran tapi gaji main-main. Silahkan anda tafsirkan sendiri.

Memang terjadi perbedaan gaji yang signifikan antara Artist dengan guru. Meskipun beda yang membayar. Guru dibayar oleh negara. Sementara artist tidak begitu. perbedaan memang siginifikan. Untuk sekelas bintang sinteron, ada yang dibayar lebih dari 10 juta untuk satu episode. Sementara guru, gaji 5 juta sudah pool. Itupun untuk satu bulan.

Tapi dua profesi itu memang memiliki tuntutan yang berbeda. Artist dituntut untuk menarik perhatian publik. Perawatan tubuh yang mahal menjadi kunci. Maka, gaji yang besar juga berkorelasi yang biaya perawatan yang mahal pula. Sementara guru dituntut untuk mencerdaskan siswa. Sebuah tuntutan yang jauh lebih berat, karena membutuhkan proses. Tidak cukup satu- dua semester. Namun bisa bertahun-tahun. Proses yang berkesinambungan.

Akan tetapi keduanya tidak harus dilihat hitam-putih. Selebritas juga memiliki peran untuk mencerdaskan anak bangsa. Entah melalui sinetron, acara talk show, dll. Yang selama ini kita persoalkan adalah tayangan-tayangan yang tidak bermutu. Bukan figur artisnya. Misalkan saja, untuk apa menggaji mahal seorang host, bahkan konon gajinya per episode mencapai 30 juta, tapi tayangan talk shownya tidak mendidik. Justru mengajarkan untuk mengolok-olok orang lain.

Sementara di pelosok-pelosok negeri, masih banyak guru honorer yang dibayar ratusan ribu per bulan, dengan beban pekerjaan yang jauh lebih berat. Namun tetap saja, gaji tidak menjadi ukuran kemuliaan seseorang. Memang butuh waktu bagi Indonesia untuk memberikan gaji yang tinggi layaknya di negara-negara besar seperti Jepang, Amerika, Finlandia, bahkan negara tetangga sendiri seperti Malaysia dan Singapura.

Alih-alih untuk menaikkan gaji guru yang sudah ada, untuk mengangkat guru honorer menjadi PNS pun masih butuh waktu. Terlalu banyak jumlahnya, dan anggaran negara masih tarik ulur demi Pembangunan Infrastruktur yang memang membutuhkan anggaran sangat besar.

Lalu bagaimana Guru bisa hidup sejahtera? Ini menjadi problem yang sukar dijawab. Karena tidak mugkin guru bekerja sambilan. Guru harus fokus mengajar agar siswa tidak terbengkalai. Jangankan untuk kerja sambilan, kerja sebagai guru pun sudah sangat melelahkan. Apalagi berkaitan dengan berbagai administrasi yang harus terpenuhi.

Meskipun problem-problem serupa sudah bisa diatasi di beberapa sekolah swasta yang memang bonafit. Yang biaya operasional dan gaji pegawai sudah bisa tercover oleh sumbangan orang tua siswa, atau dana-dana mandiri lainnya. Ini menjadi PR bersama. Bahwa Guru adalah figur yang mulia, adalah karena pengabdiannya terhadap anak-anak bangsa yang haus sentuhan Pendidikan. (*)

2 Mei 2016
A Fahrizal Aziz

Comments